Semanis Madu
Tempo hari yang lalu, Mitsuya sudah memeriksa segala bukti yang dimaksud oleh Ran. Mulai dari CCTV kelab dan hotel, bahkan tes darah di laboratorium ia lakukan. Hasilnya… Ran terbukti memang tidak bersalah. Bahkan resepsionis hotel sempat mengira kalau dia ini adik pria itu mengingat dirinya punya warna rambut yang sama dengan Ran.
Konyol, pikir Mitsuya saat itu. Kalau dia terlahir kembali menjadi adik Ran, ia lebih balik minta dikembalikan saja ke dalam kandungan! Sungguh, Mitsuya tidak ingin hidupnya terbelit dengan pria sialan itu.
Karena masalah usai, kini Mitsuya bisa sedikit bersantai dan kembali fokuskan dirinya pada pekerjaannya sebagai manajer dari AKUMA. Perjalanan mereka ke Bali ini untuk syuting episode terakhir dari AKUMA-GO. Begitu banyak staf yang tiba di bandara pagi ini, diikuti oleh para penggemar yang sudah menanti di sini. Banyak teriakan nama-nama member dari bandnya yang memekakkan telinga, sementara yang diteriaki kini mulai memasang wajah semanis mungkin. Mikey yang paling semangat, dia yang tadinya di mobil tidur sepanjang perjalanan, sekarang mulai banyak berpose dan berinteraksi dengan penggemar — benar-benar idola sejati.
Mitsuya berjalan di belakang para member AKUMA, sedikit jauh malah karena ia harus mengurusi barang-barang mereka terlebih dahulu. Bandara pagi itu terasa lebih sempit, Mitsuya harus berdesakan dengan banyak orang. Rasanya ingin marah, para penggemar ini — tidak bisakah mereka berhenti menggila dan mulai memberi jalan? Mitsuya khawatir para membernya tidak nyaman karena ini! Lagipula, sekuritinya ini kemana, sih?
Tubuh Mitsuya ini meski lumayan tinggi dari kebanyakan orang, tapi dia kurus. Sehingga ketika orang yang jauh lebih besar darinya tidak sengaja menyenggolnya, tubuhnya pun terhuyung ke belakang dan siap untuk mendarat ke tanah. Mitsuya sudah pejamkan mata, menunggu rasa sakit tiba, namun…
Gak sakit?
Tiba-tiba Mitsuya rasakan ada tangan yang menggenggamnya, lalu menariknya dengan kencang. Saat Mitsuya membuka mata, ia langsung melotot, dan kepalanya seketika berisi lagu kebangsaan. Figur ini, mata ini, meski gunakan masker dan kacamata hitam, Mitsuya mengenali orang ini.
HAITANI RAN?!
Klise drama roman apa ini?! Dari segala tempat, kenapa bisa-bisanya manajer rendah hati seperti Mitsuya Takashi bertemu dengan Tuan Haitani Ran yang terhormat di bandara?!
“Liat-liat kalau jalan.”
“Lo nguntit gue?”
Itu yang mereka katakan pada waktu yang bersamaan. Mata Ran membelalak, kemudian tertawa remeh.
“Lo pikir gue pengangguran? Gue kerja, ya, kerja.”
Mitsuya gulirkan bola matanya kesal, kemudian melengos dan pergi meninggalkan Ran yang nampaknya juga sama kesalnya.
“Ck, bisa gak, sih, jadwal meeting diubah?!” tanyanya pada sekretarisnya. Tentu Shion menggeleng. “Sudah, fix, Tuan.”
Sedangkan Mitsuya kembali bergabung dengan anggota AKUMA lainnya dengan berbagai jenis umpatan dari banyak bahasa di kepalanya, berbaris memohon untuk diserukan ke depan wajah Haitani Ran.
Tenang… Bali itu luas, tidak mungkin juga mereka saling bertemu, ‘kan?
Salah besar.
Entah takdir macam apa, tapi Ran dan AKUMA berada di kompleks vila yang sama. Mereka juga sesekali bertemu di lokasi syuting, bahkan Koko sempat berbincang dengan Ran. Kebetulan yang merupakan malapetaka ini membuat Mitsuya naik darah. Bukannya pulau ini harusnya setidaknya membawa kebahagiaan untuknya? Laut, pantai, dan deburan ombak; bukannya hal-hal itu seharusnya bisa menjadi penyegaran untuknya? Tapi kenapa…
“ANJINGGGG! ANJING, ANJING, ANJING!” umpat Mitsuya, namun ia redam suaranya dengan bantal.
Bagaimana bisa begini? Bagaimana? Apakah Tuhan tidak sayang padanya? Apakah ini hukuman karena lalai beribadah ke gereja? Rasanya Mitsuya ingin menangis.
Dua hari ini rasanya ia terus menerus bertemu dengan sosok jangkung berkepala ungu, dan itu membuatnya sakit mata. Mitsuya ingin segera pulang dan meminta Kazutora menggantikannya.
Puncaknya mungkin adalah malam ini, malam di mana Ran berkata bahwa ia akan mentraktir seluruh member AKUMA beserta stafnya untuk makan malam mengingat acara ini merupakan acara milik HAITV.
Ketika Mitsuya berusaha abai dengan eksistensi Haitani Ran, alpha itu justru memperhatikannya dengan seksama. Ia lihat sendiri bagaimana Mitsuya dengan telaten mengurus member AKUMA satu per satu. Dua hari ini, sepertinya atensi Ran terpusat pada si marga Mitsuya itu. Sebab Ran tak jarang temukan dirinya memperhatikan Mitsuya — bagaimana lelaki itu merengut saat membernya tak menghiraukannya, bagaimana gesturnya seperti ingin ‘marah besar’ namun berujung tersenyum pasrah ketika berhadapan dengan si Tuan Muda Sano, atau bagaimana senyumnya merekah begitu lebar ketika angin berhembus ke arahnya.
Ran akui, Mitsuya Takashi memang sedikit atraktif. Sayangnya, ia tidak berbohong kalau dia tidak akan mendapatkan ereksi jika lawannya bukan omega. Rangsangan Ran berada pada feromon seorang omega, maka dari itu ia susah ereksi jika berhadapan dengan beta maupun alpha.
Kini pandangannya tetap jatuh pada Mitsuya, sedikit iba karena pemuda itu kesulitan untuk fokus dengan makanannya karena sibuk mengurus ini dan itu. Bahkan Mitsuya sempat-sempatnya menerima panggilan untuk pekerjaan di saat seperti ini. Ran jadi merasa simpati — pantas saja tubuhnya begitu kurus, dia saja tidak bisa menyantap makanannya dengan tenang? Tiba-tiba timbul keinginan bagi Ran untuk menculik Mitsuya dan menguncinya dalam ruangan berisi segunung makanan, tapi pasti beta itu akan mengeluarkan pasal-pasal pidana, atau bahkan ayat-ayat lagi.
“Manajer lo supel, ya, orangnya?” tanya Ran kepada Koko yang baru saja menghampirinya untuk membahas tentang proyek mereka selanjutnya.
Koko menaikkan alis sebelahnya, kemudian mengangguk. “Iya, dulu dia manajernya Shiba siblings, terus direkomendasiin ke gue.”
“Beruntung dapet manajer sabar gitu. Gue liat-liat telaten banget ngeladenin si bocil itu,” Ran menunjuk dagunya ke arah Mikey. “Kalo orang gak sabaran, mah, udah resign.”
“Emang, sih. Mungkin telaten karena punya dua adek perempuan. Terus dia juga tulang punggung, sekaligus kepala keluarga. Makanya gue kagum juga, sih, sama dia. Udah gitu family-oriented banget; masa 90% gajinya lari ke keluarganya?”
90%? Lalu bagaimana bisa Mitsuya bertahan hidup di tengah kehidupan glamor ibukota ini? Pantas saja Ran sudah melihat Mitsuya menggunakan kemeja itu dua kali dalam empat kali pertemuan. Harusnya Mitsuya tidak perlu seperti itu, gaji manajer itu sudah pas-pasan, lalu dikirim ke keluarganya semua? Apa Mitsuya akan menggunakan baju yang sama berulang kali ketika bertemu klien? Bukannya itu berdampak buruk pada citra agensi?
Ah, Ran ingin mengurus Mitsuya dengan baik.
Sementara Mitsuya yang sedari tadi dipandangi oleh Ran mulai merasakan perutnya sakit. Bisakah alpha aneh ini berhenti memandanginya? Mau apa, sih?! Mau ribut lagi?! Kesalahpahaman kemarin tidak cukup?! Apa jangan-jangan… Ran ingin memotong tangan dan lidahnya seperti yang ia katakan kemarin?!
Makan malam berakhir dengan sakit perut yang dialami oleh Mitsuya. Sebenarnya ia berniat tidur lebih awal, namun alih-alih pejamkan mata, ia justru berada di pantai, menikmati deburan ombak yang terdengar bagai musik di indera pendengarannya. Ia hanya berjalan-jalan singkat, lalu kembali ke area vilanya. Jadwalnya padat, ia harus tidur agar staminanya pulih besok.
Namun di tengah-tengah perjalanan kembalinya, ia justru dikejutkan oleh Haitani Ran yang sedang merokok di teras vilanya. Keduanya sempat saling beradu tatap, sebelum Mitsuya segera buang muka dan berjalan lurus mengabaikan alpha tersebut. Tapi,
“Mitsuya,” panggil Ran.
Mengambil nafas sedalam-dalamnya, Mitsuya langsung membalik badannya.
“Apa? Bukannya gue bilang ‘jangan hubungin gue lagi’? Itu artinya, lo juga jangan komunikasi sama gue. Masa gak paham, sih, Haitani?” cerocosnya berapi-api. Sepertinya masih dendam masalah kemarin.
Ran berjalan hampiri Mitsuya, sementaranya yang dihampiri berjengit mundur. Rasa bersalah mulai dirasakan oleh Ran, maka dari itu kini ia menjaga jaraknya dengan Mitsuya.
“Saya cuma mau meminta maaf perkara kesalahpahaman kemarin,” Mitsuya sekarang mendongak, tatap Ran dengan bingung. Bukan ‘lo-gue’ lagi? Apakah Mitsuya sedang berhadapan dengan kepribadian Ran yang lain?
Mitsuya berdeham, melipat tangan ke depan dada. “Katanya kemarin udah minta maaf?”
“Kali ini lebih tulus, Mitsuya. Maaf, nggak seharusnya saya nakutin kamu begitu ketika kamu punya asumsi buruk. Kamu udah cek semua, ‘kan?” Mitsuya mengangguk. “Jadi… Udah clear?”
“Iya, makanya gue masih mau ngadepin lo sekarang. Kalo gue tau lo boong, gue udah nyeret lo ke kantor polisi, ngerti?”
Lalu hening, hanya suara ombrak yang bersahutan menabuh gendang telinga mereka. Ran benar-benar merasa sungkan terhadap beta di hadapan ini setelah mendengar penjelasan dari Koko. Anak sulung, kepala keluarga, sekaligus tulang punggung — banyak sekali beban yang harus lelaki ringkih di hadapannya ini pikul? Mungkin fakta keduanya sama-sama anak pertama membuat Ran memandang Mitsuya sedikit berbeda.
Ran juga anak pertama, dia juga tahu seperti apa rasanya menjadi anak pertama yang selalu dituntut jadi sempurna. Terlebih Mitsuya ini tulang punggung, ayahnya sudah tiada, dan pekerjaannya sama sekali tidak mudah. Bebannya berkali-kali lipat dari apa yang Ran rasakan.
“Udah ngomongnya? Gue balik.”
Ada angin kencang ketika Mitsuya hendak balik badan, dan Ran bisa melihat bagaimana surai lila itu berterbangan, tunjukkan sisi samping wajah Mitsuya yang teriluminasi oleh cahaya bulan malam itu. Ran jadi teringat momen pertama pandangannya jatuh pada Mitsuya. Cantik, sangat cantik, sampai ia mengira lelaki ini adalah seorang omega. Bulu matanya lentik, membingkai manik mata lembayungnya yang tegas. Hidungnya mancung, dengan bibir ranum yang cerah — Mitsuya Takashi betulan indah.
Tapi sifatnya menyebalkan, jauh dari tipe Ran yang menyukai omega lemah lembut.
Ran ikut membalik badannya, hanya untuk mendengar suara tubuh yang terjatuh ke tanah. Saat menoleh, ia terkejut melihat Mitsuya meringkuk di tanah, kemudian merintih sambil memeluk perutnya. Gurat khawatir terlukis di wajah Ran, kemudian buru-buru berlari hampiri Mitsuya.
“Mitsuya?!”
Dengan cekatan Ran mengangkat tubuh Mitsuya, “gue anter ke vila lo, ya?”
Mitsuya menggeleng dengan sisa-sisa kesadarannya. Kalau kembali ke vila sekarang, pasti dia akan membangunkan seluruh member AKUMA, dan keadaan akan menjadi kacau. Besok ada jadwal penting bagi mereka, dia tidak bisa mengganggu mereka sekarang.
Membuang harga dirinya, Mitsuya berkata, “d-disini… aja…”
Disini mana?! Ran mendecak, membawa Mitsuya ke area teras vilanya. Namun mata Ran membelalak ketika ia mencium wewangian kuat dari tubuh Mitsuya.
“L-lo — katanya lo beta?!” seru Ran sambil menutup indera penciumannya. Sementara Mitsuya tidak sadar dengan keadaannya mulai merengut, menatap Ran dengan heran. Ia ingin membalas, namun tenggorokannya terlalu kering untuk melontarkan kata-kata. Tubuhnya juga sekarang menjadi panas. Samar-samar, ia bisa mencium sesuatu yang wangi, namun ia tak tahu aroma itu berasal dari mana.
Kebetulan saat itu ada segerombolan alpha lewat di depan vilanya, setengah mabuk, langsung menyadari ada feromon omega di sana. Gerombolan itu melihat Mitsuya yang terbaring di lantai, lalu tersenyum sambil berjalan ke arah Mitsuya. Ketika Ran melihat ini, insting alphanya tiba-tiba bekerja. Ia rengkuh tubuh Mitsuya, lalu layangkan tatapan yang menandakan bahwa ‘omega ini punya gue’ ke arah sekumpulan alpha tersebut.
Takut mengundang banyak perhatian alpha, lalu teringat bahwa separuh dari AKUMA adalah alpha juga, Ran langsung membawa masuk Mitsuya ke dalam vilanya. Ran berusaha membaringkan Mitsuya ke sofa, namun beta, tidak, omega itu justru mempererat pegangannya pada leher Ran. Tidak hanya itu, Mitsuya kini mulai mengendus-endus lehernya! Sekarang, siapa yang melecehkan siapa?!
“Mit, Mitsuya — anjing, lu late-bloomer? Sial, nyusahin gue aja lo!” sentaknya.
Mitsuya tengadahkan kepalanya, lalu tersenyum. Tidak, bukan senyum profesional atau senyum terpaksa yang biasa ia pamerkan, namun senyum tulus seperti anak kecil yang baru saja diberi permen.
“Hu? Wangi banget, suka.”
Rasanya seperti ada yang meledak di kepala Ran, dan seketika wajahnya menjadi merah padam. Apa-apaan orang ini?! Punya dua kepribadian?! Punya dua muka?! Aneh!
“Anjing, l-lepas, Mitsuya — ”
Tapi Mitsuya sekarang justru berada di atas pangkuan Ran, menatapnya dengan netra lembayungnya yang sayu itu. Feromon omega yang tidak terkendali itu membuat Ran kewalahan. Kalau Mitsuya tetap seperti ini, bisa-bisa dia akan kalah dengan sisi hewaninya dan menyetubuhi omega ini sepanjang malam, bahkan tidak segan-segan ia akan menandainya!
Dengan nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus — , Haitani Ran seketika menjadi religius.
“Panas… Buka baju boleh?”
???
GAK SEMUA ORANG KUAT, APALAGI GUE?! panik Ran dalam hati.
Yang terjadi selanjutnya adalah bibir Mitsuya menempel tepat pada bibirnya. Jantung Ran berdegup dengan kencang, sementara Mitsuya tidak melakukan apa-apa kecuali menempelkan bibirnya pada Ran.
Fuck, fuck, fuck, fuck, ulang Ran dalam hati sebelum mendorong tubuh Mitsuya.
Namun ini adalah kesalahan besar, karena dengan jarak sedekat ini, selain feromonnya yang semakin kuat, Ran juga bisa melihat dengan jelas betapa menakjubkannya paras seorang Mitsuya Takashi. Apalagi dengan mata sayu dan wajah memerah begini, yang bereaksi bukan cuma bagian selatannya, tapi juga hatinya.
“Hn? Kenapa?” tanyanya dengan suara serak.
KOK GEMES, BANGSAT?! BALIK JADI MITSUYA MANAJER AKUMA YANG TUKANG NUNTUT AJA, GUE MOHON?!
Cepat-cepat Ran memeluk Mitsuya, berusaha menghindari kontak mata, namun malah menghirup dalam-dalam feromon omega itu.
Manis, semanis madu, dan Ran sepertinya akan kecanduan.
“Fuck, Mitsuya, you will be the death of me.”