ayiin
7 min readFeb 5, 2022

Satin dan Sutra

cw // konten implisit

Hari itu, Mitsuya tiba di gedung pernikahan Okkotsu dan Gojo bersama Seishu. Keduanya kenakan kemeja yang sama-sama berbahan satin—mereka beli bersama beberapa tempo hari yang lalu. Milik Mitsuya berwarna hitam, sementara Seishu berwarna putih. Karena itu malam di mana semua harusnya bersenang-senang, Seishu meminta Mitsuya untuk berpisah dengannya untuk sementara waktu. Tentu saja hal ini dimanfaatkan Mitsuya untuk menghampiri Shiba Taiju.

Keduanya berbincang begitu akrab, bahkan Taiju tak jarang merengkuh bahu maupun pinggang Mitsuya jika ada orang yang hendak menyenggol si surai lila itu. Mitsuya sedikit gugup, takut Taiju bisa mencium feromonnya. Sampai detik ini, Taiju belum tahu tentang kebenaran bahwa dia adalah omega. Dia belum… Siap. Bagaimana jika penawaran menikah itu ditawarkan sekali lagi padanya? Apalagi dia omega begini, pasti alasan Taiju untuk menikahinya semakin kuat.

Bukannya Mitsuya tidak menyukai Taiju, dia suka, setidaknya sebagai seorang ‘kakak’. Selebihnya itu, Mitsuya sama sekali tak punya perasaan apa-apa. Dia tidak ingin hubungan mereka menjadi canggung jika Mitsuya menolak Taiju untuk yang kedua kalinya.

Di tengah obrolan yang menghangat itu, tiba-tiba saja matanya bertemu dengan mata seseorang yang sangat familiar; seseorang yang sudah berminggu-minggu tidak dia temui, bahkan ia ketahui kabarnya. Seseorang yang Mitsuya kira hanya bayangan semu yang mudah terlupakan, nyatanya saat kehadiran orang ini hilang, dia terus menemukan dirinya mencari-cari kehangatannya.

Haitani Ran, seseorang yang tidak seharusnya membuat hati Mitsuya berdetak kencang seperti ini. Mungkin efek tidak pernah bertemu, pikir Mitsuya, namun matanya tidak berhenti tertancap pada sosok jangkung itu.

Gemuruh pada jantungnya seketika berubah nyeri saat Mitsuya sadari ada sosok lain yang berdiri di samping Ran. Rambutnya panjang platinum, tubuhnya tinggi semampai bak model profesional itu dibalut gaun merah yang membuatnya tampak mengagumkan. Itu Haiba Alisa, omega perempuan yang dikabarkan punya hubungan spesial dengan Ran baru-baru ini.

“Liat siapa, Taka—oh, Haitani? Kamu kenal?” Mitsuya dengan cepat menggeleng ketika Taiju bertanya. “Cocok, ya, mereka?”

Tidak ada jawaban dari Mitsuya; tidak mengangguk, menggeleng, bahkan bersuara. Mau tidak setuju, pasti semua akan bilang ada gangguan dengan penglihatannya. Mau setuju… Mitsuya sedikit tidak rela jika boleh jujur. Maka selanjutnya, Mitsuya hanya bisa mengalihkan pembicaraan, tersenyum seolah-olah abai dengan presensi Haitani Ran yang menatapnya secara intens dari kejauhan.

Sepanjang acara, Mitsuya banyak menyendiri. Tiba-tiba saja dia tidak enak badan, tubuhnya banjir oleh keringat, sementara jantungnya berdegup dengan kencang. Tidak mungkin heat, ‘kan? Dia sudah menggunakan parfum penghilang feromon omega, lalu pil… Shit, apa dia lupa meminumnya?

“Lo nyium feromon omega, gak, sih?” ujar seseorang yang berdiri tak jauh dari Mitsuya. Saat itu juga Mitsuya langsung panik dan buru-buru keluar dari ruangan.

Di koridor hotel, Mitsuya berjalan sambil merogoh saku celananya. Namun nihil, dia tidak menemukan apa-apa. Sungguh, Mitsuya ingin menangis sekarang. Ceroboh, bagaimana bisa dia lupa dengan hal sepenting pil supresan?! Terkadang, Mitsuya itu lupa kalau dia bukan beta yang hidupnya ‘biasa-biasa saja’, melainkan omega yang hidupnya harus siap siaga tiap saat—terlebih omega yang baru diketahui identitasnya baru-baru ini.

Apa Mitsuya harus meminta tolong pada Taiju? Peduli setan dengan identitas omeganya, Taiju adalah satu-satunya alpha yang bisa ia percaya saat ini selain Ran.

Saat Mitsuya membalik badannya, ia justru dikejutkan dengan kain raksasa yang bertengger di atas kepalanya. Mitsuya tidak sempat menelusuri bendanya, namun ketika feromon familiar menyeruak masuk ke indera penciumannya, ia bisa menebak siapa pelakunya—Haitani Ran.

Ada sisi rasional Mitsuya yang ingin menolak perlakuan Ran, namun sisi omeganya sekarang justru menikmati feromon ini, seolah-olah berkata bahwa ‘alphanya sudah tiba’. Mitsuya sekarang ingin membenturkan kepalanya ke dinding karena membiarkan dirinya sendiri berpikiran sedemikian rupa.

Tidak memiliki 100% kendali atas tubuhnya membuat Mitsuya dengan mudah dibawa oleh Ran ke salah satu kamar di hotel tempat pernikahan Okkotsu Yuuta dan Inumaki Toge dilaksanakan.

Mitsuya didudukkan ke sofa yang berada di dalam kamar. Sedikit kasar, membuat omega itu merengek kesakitan. “Hnhh, Ran…”

Ran mendongakkan wajah Mitsuya dengan paksa, membuat yang surai lila dapat melihat bagaimana dingin tatapan Ran padanya. Sekujur tubuh Mitsuya seperti terbakar, terlebih saat bantalan jari Ran mulai menyapu permukaan bibirnya, lalu menyelipkan dua digit ke dalam mulutnya.

“Buka, Mitsuya.” Itu adalah perintah.

Saat Mitsuya membuka mulutnya lebar-lebar, Ran justru bergerak keluar dan masuk dengan dua jarinya, seperti mengabsen rongga mulut Mitsuya dengan jemarinya. Alih-alih jengkel, yang Mitsuya rasakan justru gemuruh kencang di hatinya. Sementara Ran sendiri meringis ketika melihat betapa Mitsuya yang biasanya begitu tajam dan keras sekarang tampak tak berdaya, membiarkan Ran memainkan mulutnya dengan jemarinya.

Begitu Ran sadar dengan perlakuannya, pria itu langsung menjauh, merogoh sesuatu sakunya sebelum menyelipkannya lagi ke dalam mulut Mitsuya, lalu memaksa omega itu untuk menenggak air.

Itu adalah pil supresan, sebab sekarang, Mitsuya perlahan pulih seperti semula.

Setidaknya 30 menit setelah Mitsuya benar-benar pulih, lelaki itu langsung bangkit berdiri, menatap Ran dengan tajam dan bertanya, “ngapain lo bawa gue ke sini?!”

Ran mendengus. “Lo emang selalu gini, ya? Gak tau terima kasih.”

“Siapa minta lo buat nolong gue?!” tanpa Mitsuya sadari, intonasi nadanya meninggi.

“Terus? Lo mau minta tolong siapa, hah? Gue tanya, emang ada yang tau kalo lo omega selain gue?”

Tensi di antara mereka seketika meningkat, mereka berdua saling adu tatap dengan alis menjulang dan mata menajam. Mitsuya lah yang pertama kali memutus kontak mata mereka, lalu tersenyum meremehkan.

“Ada Kak Taiju,” bohongnya. “Dan lo, kenapa peduli? Peduliin aja omega-omega lo itu, Haitani, ngapain pake sok peduli begini?”

Ran meringis ketika mendengar Mitsuya memanggilnya dengan ‘Haitani’ lagi, bukan ‘Ran’ seperti sedia kala. Ada perasaan tidak nyaman di hati Ran sekarang, terlebih saat Mitsuya berkata bahwa ada orang lain yang mengetahui identitas baru omega itu, lebih-lebih orang itu adalah Shiba Taiju, seorang alpha.

“Oh, jadi lo sengaja gak konsumsi pil supresan karena lo pingin ngelempar badan lo ke Shiba Taiju, hm?”

Tentu saja Mitsuya sekarang emosi bukan main, terlebih saat Ran menekan tubuhnya ke ranjang.

“Lepas!”

“Ssst, Mitsuya, liat ke bawah, lo udah basah. Lo paham kan, kalo sejatinya omega begini kalo mereka gak konsumsi pil supresan tepat waktu? Tapi lo apa? Lupa?” Ran terkekeh, terkesan merendahkan Mitsuya.

Deru nafas mereka saling memburu, menyahut satu sama lain, berlomba seolah-olah tentukan siapa yang paling lantang. Tatapan Ran begitu tajam, terasa menusuk, dan Mitsuya ingin tahu apa arti dari tatapan itu.

“Mitsuya, lo tau tugasnya omega itu apa?”

Pertanyaan Ran terdengar konyol, maka dari itu Mitsuya hanya membuang muka. Lalu, dagunya dicengkram, dipaksa untuk menatap alpha itu.

“Gue kasih tau, ya?” tangan Ran kini turun ke bawah, lalu meremas paha Mitsuya dengan keras.

Fuck off!”

Ran justru mendekatkan kepalanya tepat di telinga Mitsuya, mulai berbisik dengan suara rendah;

“Tugas omega itu ngangkang yang lebar buat alpha mereka, Mitsuya.”

Mitsuya merasakan wajahnya merah padam, juga sesuatu yang mengeras di bagian selatannya. Lagi-lagi Ran terkekerh, berkata, “liat, Mitsuya, lo udah ngejalanin tugas lo itu. Nah, sekarang tugas alpha.”

“Gue gak mau tau, bajingan!”

Ran menjilat telinga Mitsuya sebelum menggigitnya, lalu tersenyum lebar.

“Tugas alpha itu buat pake badan omega yang udah ngangkang buat mereka, Mitsuya.”

Namun Mitsuya tidak bisa membiarkan Ran ambil alih, maka ia membalik posisi tubuh mereka, membuat Ran berada di bawah Mitsuya. Di atas Ran, Mitsuya tertawa miring.

“Denger, alpha, bukan lo aja yang bisa make tubuh gue,” Mitsuya menggesek ereksi keduanya secara bersamaan. “Tapi gue juga bisa.”

Hanya nafas saling memburu dan mata saling menusuk satu sama lain sebelum sedetik kemudian, keduanya saling mempertemukan bibir mereka, saling melumat dengan begitu kasar. Ran bangkit dari posisi tidurnya, mengangkat tubuh Mitsuya agar tetap berada di pangkuannya. Baik tangan Ran maupun Mitsuya sekarang bergerak untuk melucuti pakaian masing-masing. Kemeja satin Mitsuya terlepas, mengecup sprei sutra kamar hotel yang disewa oleh Ran malam ini.

Atasan Ran juga sudah tertanggal dan tergeletak di lantai, dan Mitsuya membelalakkan matanya terkejut ketika melihat tato yang melukis separuh dari tubuh alpha itu. Tangannya bergerak menyusuri tato itu, kemudian menatap Ran sekali lagi.

“Suka?” tanya Ran.

“Apa yang harus disukain dari lo, Haitani?”

Lalu keduanya kembali meraup bibir satu sama lain, lebih beringas dengan tangan mereka yang merambat ke mana-mana sampai pada akhirnya tak ada satu pun benang yang membalut tubuh mereka.

Pandangan Mitsuya jatuh pada milik Ran saat pria itu sedang memasang kondom. Besar, pikirnya sebelum pipinya bersemu merah. Lalu pandangan mereka kembali bertemu, Ran menyeringai.

“Muat, Mitsuya?”

Mitsuya langsung tertawa.

“Ini bukan apa-apa, Haitani,” itu kata Mitsuya sambil mendorong tubuh Ran untuk bersandar sementara dia berusaha mensejajarkan liangnya dengan milik Ran. “Punya lo, standar, lah.”

Ran yang harga dirinya setinggi langit tentunya tidak tinggal diam, dia langsung menghentak pinggul Mitsuya, membuat omega itu berteriak kencang. Ran benar-benar tidak bermain halus, dia bergerak cepat dan tepat, membuat Mitsuya memekik keras sambil menyerukan namanya.

Malam itu, mereka lebih mirip dua orang yang sama-sama menyimpan dendam pada satu sama lain yang gagal tersampaikan daripada bercinta. Kuku jari Mitsuya mencakar punggung lebar Ran sampai darah segar mengalir di sana, tangan Ran juga tak segan-segan sesekali mencekik leher Mitsuya di tengah kegiatan bersetubuh mereka. Tidak ada panggilan penuh kasih sayang di sana, hanya sumpah serapah dan umpatan yang saling bersahutan.

Tubuh Mitsuya benar-benar dipakai oleh Ran sesuka hati, sampai pada akhirnya omega itu tumbang pada saat Ran hendak membuka boks kondom baru.

Melihat Mitsuya terbaring tak sadarkan diri di ranjang, Ran langsung membenamkan mukanya di antara tangannya, menghela nafas panjang sebelum bangkit dari ranjang.

Mitsuya terbangun dengan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia melirik tubuhnya sendiri — tubuhnya sudah bersih, piyamanya juga baru, bahkan kamar ini bukan kamar yang sama dengan sebelumnya. Mungkin ranjang di kamar sebelum sudah ‘tidak layak huni’ mengingat betapa buasnya permainan Haitani Ran semalam.

Mengingat itu, Mitsuya langsung menegakkan badannya, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan untuk mencari Ran. Nihil, dia tidak menemukan apa-apa kecuali satu;

Uang.

Ada uang di nakas ranjang hotel itu. Jumlah uangnya pun bukan main-main, lalu ada catatan kecil di sebelahnya.

Buat sarapan sama taksi. — Ran

Hati Mitsuya mencelos. Tidak bisakah Ran menunggu sampai dia bangun? Atau tidak bisakah catatan itu terdengar sedikit lebih hangat? Kenapa catatan kecil itu terkesan dingin? Bahkan Ran sama sekali tidak berkata-kata tentang kejadian semalam.

Tangan Mitsuya bergetar, meremat ujung selimut guna menahan air matanya agar tidak tumpah. Sial, hati dan harga dirinya kini seperti hancur lebur. Bukan masalah bagaimana kasarnya hubungan seks mereka semalam, toh ini bukan pengalaman Mitsuya pertama kali. Juga kejadian semalam terjadi atas konsen keduanya.

Tapi… Kenapa? Kenapa Haitani Ran hanya meninggalkan uang di sini?

Kenapa… Kenapa Haitani Ran memperlakukan Mitsuya seperti seorang pelacur?

No responses yet