ayiin
10 min readJan 15, 2022

Rekuiem Kekal

Akhiran alternatif dari Obey the Omega; jika Sano Manjiro memilih Sano Kakucho.

Semenjak malam di mana Kakucho berkata bahwa Mikey seharusnya memilih alpha itu, ia tidak bisa berhenti memikirkannya. Yang Mikey tahu dari alpha yang memiliki marga yang sama dengannya itu adalah satu; dia sungguh gila. Hanya Mikey dan Izana yang tahu kegilaan pemuda itu. Kakucho itu tipikal orang yang tak main-main dengan ucapannya. Jika dia deklarasikan A, maka A yang akan dia wujudkan meski caranya di luar akal kebanyakan manusia.

Bagi Mikey, Kakucho adalah sebuah taruhan. Maksudnya, Mikey tidak akan tahu hasil seperti apa jika dia memilih Kakucho atau tidak. Susah ditebak, sebab Kakucho selalu bertindak sesuka hatinya dan Mikey tidak akan tahu ranjau mana yang akan kakinya pijak jika tidak diperhitungkan terlebih dahulu.

Katakanlah Mikey tidak memilih Kakucho, lalu memilih Draken dan Takemichi — bukannya itu sama saja menyeret dua orang tercintanya ke liang kubur? Mikey tidak akan pernah tahu Kakucho akan bertindak sejauh apa, namun melihat ambisi dan obsesi Kakucho yang begitu menggebu, rasa-rasanya tidak sulit untuk membayangkan skenario terburuk yang dilakukan laki-laki itu.

Memilih Sanzu? Entah, Mikey tak pernah anggap Sanzu sebagai opsi, terlebih ketika alpha itu ada hubungan spesial dengan Rindou. Ia tak ingin rusak hubungannya dan si bungsu Haitani yang baru saja ia perbaiki itu. Lagipula, Sanzu terlihat sibuk meminta maaf pada Rindou dan meminta restu pada Ran, sang kakak. Mikey tak punya hati untuk merusak apa yang kini tengah diperjuangkan Sanzu.

Kakucho? Walaupun Mikey bukan orang paling cemerlang, ia juga tahu bahwa memilih Kakucho merupakan malapetaka. Tapi setidaknya, bencana itu hanya terjadi padanya, tak melukai Draken, Takemichi, maupun Izana. Bayangkan jika Mikey tak lagi ambil kendali Kakucho, bisa-bisa alpha itu menyakiti orang lain.

Jadi, Mikey memilih Kakucho adalah sebuah pengorbanan.

Awal semua mendengar keputusan Mikey ini, jelas banyak yang menentang. Terlebih Izana yang sampai menangis meraung-raung di hadapan Mikey. Keluarga besar Sano semakin membencinya, terlebih ibunya. Bahkan keduanya diancam untuk mencabut marga mereka jika saja tidak ditahan oleh Shinichiro.

Draken, Takemichi, bahkan Sanzu tampak kecewa dengan pilihan Mikey. Tapi Mikey selalu meyakinkan mereka bahwa Kakucho tidak seburuk itu.

Entah bisa jatuh cinta dengan Kakucho atau tidak, Mikey tidak berniat untuk mundur dari keputusan yang telah ia ambil.

3 tahun kemudian.

“Kak, kalo ada apa-apa telfon aku, ya?”

Mikey mengangguk singkat, rentangkan kedua tangannya ke atas untuk minta dicium oleh Kakucho. Alpha itu terkekeh, kemudian naik ke atas ranjang, condongkan tubuhnya ke Mikey untuk mencium kening dan bibirnya. Terakhir, Kakucho mencium perut Mikey.

“Jangan rewel, ya,” tukas Kakucho yang peroleh respon tawa kecil dari Mikey.

“Iya, papa,” itu Mikey yang menjawab dengan suara anak kecil.

Kakucho berdiri, jemarinya sisiri surai pirang Mikey sambil pandangi wajah itu untuk waktu yang lama.

“Kak Mai, hari ini bed rest dulu, ya? Jangan kebanyakan aktivitas. Nanti bibi jam 10 ke sini, oke?” Mikey mengangguk sebagai jawaban, lalu Kakucho kembali mencium bibir omega itu. Kali ini lebih dalam, Kakucho lumat bibir Mikey, biarkan omega itu lingkarkan tangan di lehernya.

Kakucho nyaris terbawa suasana kalau saja tidak dengar lenguhan rendah dari Mikey. Buru-buru ia pisahkan tubuhnya dari Mikey, hanya untuk dapati omeganya sedang merengek.

“Kok berhenti?” rajuknya. Mikey cebikkan bibirnya dengan lucu.

“Kakak lagi hamil, aku gak mau kelepasan.”

Sebelum benar-benar tinggalkan Mikey, Kakucho raih tangan omega itu, kemudian kecup jari manis yang sudah dilingkari oleh cincin emas bertabur berlian di sekitarnya. Mau dilihat berapa kali pun, Kakucho masih tidak percaya bahwa dia lah yang berhasil sematkan cincin di jari indah Sano Manjiro.

“Aku berangkat, ya, istriku,” gurau Kakucho.

Mikey mendengus. “Enak aja istri! Tapi terserah, deh! Pulang cepet, ya, suamiku.”

Sepeninggalan Kakucho, Mikey kembali sandarkan tubuhnya ke bantal, pejamkan mata sambil mengelus perutnya yang sudah amat besar. Mengandung benar-benar susah, tubuhnya jadi sangat berat, untuk bergerak pun sukarnya minta ampun. Mau berdiri sulit, nafasnya pun jadi lamban. Apalagi hamil tua begini, tubuhnya serasa menanggung rasa sakit berkali-kali lipat.

Mikey mengangkat tangannya, tatap cincin emas yang memeluk jari manisnya. Ada secuil senyuman sedih di paras cantiknya. Pernikahan adalah hal yang sama sekali tak didambakan maupun diinginkan oleh Mikey. Berkomitmen, membuat janji suci di hadapan Tuhan untuk mencintai satu orang dalam hidupnya, bagi Mikey rasanya terlalu berat. Tapi disinilah dia sekarang, menjadi suami dari Sano Kakucho.

Apakah Mikey berubah prinsip karena sangat mencintai Kakucho? Bisa jadi. Jatuh cinta dengan Kakucho ternyata begitu mudah. Alpha itu bisa diandalkan, dewasa, perhatian, selalu menuruti apa yang Mikey inginkan. Kakucho tahu apa yang membuat Mikey senang, yang membuat Mikey lupa sejenak dengan permasalahan yang ada. Mungkin hal-hal itu yang membuat Mikey jatuh cinta pada Kakucho.

Atau mungkin, fakta bahwa Mikey bisa melihat Draken dan Takemichi dalam diri Kakucho.

Kakucho yang dewasa namun terkadang masih suka merajuk, Mikey bisa melihat gabungan dari Draken dan Takemichi dalam diri Kakucho. Ia tahu bahwa cara pandangnya itu salah, tapi setidaknya dengan ini, ia tak perlu mencari-cari Draken dan Takemichi lagi. Kakucho saja cukup, pikirnya. Lagipula, baik Draken dan Takemichi sekarang berada di tempat yang bagus. Mikey dengar rumor keduanya punya hubungan spesial lantaran banyak media mengatakan keduanya sering ditemukan bersama. Bahkan tak jarang mereka terang-terangan unggah foto bersama. Bagus, pikir Mikey lagi. Toh sedari dulu, mereka memang dekat.

Mikey bahagia untuk mereka, walaupun tak mau munafik bahwa dia rasakan hal menjanggal di hatinya. Seperti merasa bahwa ‘seharusnya tempatku di sana, di antara mereka’, namun perasaan itu terkesan angkuh dan tamak sehingga Mikey harus menguburnya dalam-dalam.

Saat Mikey sibuk beradu dengan pikirannya, tiba-tiba ada rasa nyeri mendera perutnya. Mikey terkesiap, merintih keras sampai bibi yang ditugaskan untuk menjaganya berlari tunggang-langgang hampiri dirinya.

“C-cho… Telfon K-kakucho…”

Wanita paruh baya itu cepat-cepat raih ponselnya, menelfon Kakucho dengan dahi berkerut. Tapi yang keduanya dengar hanyalah:

Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi.

Banyak orang melihat hidup Sano Manjiro itu sempurna. Punya harta dan ketenaran yang tiada habisnya, karir yang stabil, sahabat-sahabat yang senantiasa mendukungnya, serta suami penyayang yang merupakan sutradara papan atas. Walaupun ditentang keluarga Sano, pernikahannya dengan Kakucho tetaplah mewah. Awalnya keheranan kenapa Mikey mau menikah dengan anak yang ‘dipungut’ oleh ayahnya sendiri, namun ketika melihat betapa cintanya Kakucho pada Mikey, rasa heran itu berubah menjadi kagum bercampur iri. Kakucho benar-benar anggap Mikey seolah-olah omega itu yang lukiskan senja di langitnya.

Tapi dibalik semua kesempurnaan itu, ada duka dan luka yang harus Mikey simpan rapat-rapat untuk dirinya sendiri.

Kakucho memang baik, sangat baik. Pria itu mengerti apa yang Mikey inginkan dan butuhkan. Bahkan pria itu hafal tentang apa yang Mikey suka dan tidak suka. Tapi semua itu karena Kakucho memang selalu observan. Bahkan Kakucho sengaja meniru sifat Draken dan Takemichi agar Mikey nyaman dengannya.

Singkatnya, Kakucho memanipulasi Mikey agar jatuh cinta dengannya. Dia hanya tunjukkan sisi-sisi yang membuat Mikey akhirnya luluh dan membuka hati padanya.

Butuh proses yang panjang, tapi membuahkan hasil karena akhirnya, Mikey memandangnya dengan mata yang sama seperti caranya dulu memandang Draken dan Takemichi. Setelah berhasil membuat Mikey beri celah untuknya untuk menyusup ke dalam hatinya, barulah Kakucho bertingkah selayaknya diktator.

Mikey yang merasa bersyukur dan mulai menerima Kakucho justru dimanfaatkan oleh akal bulus alpha itu.

Pertama adalah lamaran Kakucho.

Kakucho, aku nggak siap buat nikah! Bahkan aku aja gak ada pikiran buat nikah sama sekali! Kamu tau, ‘kan?

Kakucho menatap Mikey begitu dingin. “Setelah semua yang aku lakuin, ternyata permintaan sederhana kayak gini susah dikabulin, ya, Kak?

Cho…”

Atau karena kakak masih ada rasa sama Kak Ken? Sama Michi? Makanya kakak gak mau nerima lamaranku? Emang, ya, Kak, mau sekuat apapun aku berusaha, ternyata selama-lamanya masih kalah sama mereka.

Mikey menggeleng, tentu dia tidak ingin Kakucho merasa begitu. Dia ini sudah jatuh cinta pada Kakucho, ‘kan?

Kasih aku waktu buat mikir, Cho,” pinta Mikey.

Aku mau udahan aja. Silahkan kakak balik ke Kak Ken sama Michi,” Kakucho menghela nafas rendah. “Itu aja kalo mereka masih mau sama kamu, Kak. Kalo aku jadi mereka, sih, jelas gak mau karena kakak orangnya labil dan gak punya pendirian. Aku ini udah sabar loh, ngadepin plin-plannya kakak.”

Kakucho berakhir mendiamkan Mikey selama satu minggu dengan perasaan gundah dan bersalah yang mengacak hatinya. Ingin cerita ke orang-orang terdekatnya, Mikey ini pada dasarnya tidak suka mengumbar masalahnya ke orang lain. Pada akhirnya, Mikey yang tenggelam di perasaan bersalahnya pun menyerah, menerima lamaran Kakucho dengan hati yang sesak.

Kehidupan pernikahannya dengan Kakucho tidak buruk, hanya saja terkesan membelenggu karena cincin yang kini tersemat di jari manisnya. Konsep ‘bebas’ dalam mencintai di kamus Mikey perlahan terkikis, maka ia paksa dirinya untuk mencintai Kakucho sampai-sampai ia hindari Draken dan Takemichi meski mereka berada di satu industri yang sama.

Satu tahun setelah Mikey terbiasa mencintai Kakucho, pria itu lagi-lagi ajukan permintaan yang sulit.

Aku mau anak.” Kakucho meminta, tapi Mikey mendengarnya sebagai perintah.

Mikey tidak habis pikir, padahal Kakucho tahu bahwa tubuhnya terlalu lemah untuk mengandung, tapi pria itu masih meminta anak?

Aku tau kondisi kakak, tapi apa salahnya nyoba, ‘kan?” kekeuhnya.

Mikey tak mengindahkan usulan itu, namun Kakucho itu selalu punya cara untuk kabulkan keinginannya. Saat mereka berhubungan badan, Kakucho seringkali membuat Mikey masuk ke area subspace nya, pada akhirnya ketika Kakucho bertanya, “Kak, aku gak pake kondom, ya?” Mikey secara tidak sadar akan mengiyakan.

Hal itu kerap terulang-ulang sampai akhirnya Mikey baru sadar bahwa dirinya mengandung di minggu ketiga. Dokter memberi saran untuk menggugurkan, sementara Kakucho ingin mempertahankan. Ketika Mikey setuju dengan saran dokter, reaksi Kakucho justru seperti;

Kak? Kamu mau bunuh anak kita?

Mikey tak bisa melawan Kakucho lagi dan berakhir mempertahankan kandungannya. Semua orang terdekatnya mengkhawatirkan Mikey, tapi omega itu dengan senyuman tipisnya berusaha menghapus segala kekhawatiran teman-temannya.

Perlahan juga Mikey mulai menerima bayi dalam kandungannya, diam-diam bahagia karena mengandung adalah mimpinya semenjak ia tahu bahwa ia adalah omega. Fakta bahwa ada makhluk hidup lain yang berbagi darah yang sama dengan dirinya itu sangat mengesankan, dan ia tidak sabar ingin melihat seperti apa rupa anaknya ini nanti.

Tapi baru bulan pertama kehamilannya, fisik Mikey makin melemah. Dia harus rehat dari aktivitasnya bersama AKUMA, dan dipaksa untuk tinggal di rumah saja.

Mengandung bagi Sano Manjiro seperti disiksa, apalagi ketika bulan semakin bertambah. Tubuhnya semakin kurus, tapi perutnya semakin besar. Pada bulan kelima, Mikey sudah kesulitan untuk berdiri, harus didorong dengan kursi roda. Stress melanda, akibat ketakutan yang berlebihan — takut mati sebab kesehatannya menurun drastis. Mikey hanya bisa menangis di malam hari sambil pandangi cermin, mual ketika melihat monster di pantulannya. Mikey tak bisa mengenali dirinya sendiri.

Kakucho selalu menenangkan, dengan sigap berada di sisinya. Tapi Kakucho tak pernah tahu badai yang Mikey rasakan tiap hari. Kekalutan bahwa dirinya bisa saja mati tanpa melihat rupa bayinya, kebencian ketika dirinya pandangi refleksinya di cermin, juga kesedihan ketika hatinya gagal temui damai bersama Kakucho.

Bulan keenam, Draken dan Takemichi datang untuk mengunjungi Mikey ketika Kakucho berada di luar kota. Saat itu Mikey banyak tersenyum meski wajahnya letih, sampai akhirnya omega itu terlekap, meninggalkan Draken dan Takemichi yang menangis dalam diam, merana melihat omega yang mereka cintai tampak tersiksa sekarang.

Draken dan Takemichi sudah protes pada Kakucho, nyaris menghajar alpha itu habis-habisan. Tapi balasan yang mereka dapat adalah;

Kalian itu siapa? Gue suaminya Kak Mai, jadi gue yang nentuin gimana Kak Mai hidup, ngerti?

Memasuki hamil tua, Mikey sama sekali tak bisa turun dari ranjang. Duduk saja kesusahan, mengharuskan dirinya untuk berbaring selama masa itu. Bahkan Kakucho sampai memasang peralatan USG di kamar mereka karena Mikey tak bisa konsultasi rutin ke dokter kandungan. Tapi di saat-saat ini, Mikey bisa rasakan sedikit lega. Setelah ini usai, ia tak perlu merasakan sakit.

Sekarang, Draken, Takemichi, Sanzu, dan seluruh anggota AKUMA berada di rumah sakit. Persalinan usai ketika Kakucho baru saja tiba dengan nafas terengah-engah. Dia baru saja tiba di luar kota ketika dapat berita Mikey akan bersalin hari ini. Kakucho selaku suami yang diperbolehkan masuk terlebih dahulu.

Awal pandangan Kakucho jatuh pada sosok mungil bersurai pirang yang sedang terlelap itu, Kakucho langsung meneteskan air matanya. Apalagi ketika ia coba menggendongnya, melihat sendiri bayinya menggeliyat dan perlahan kerjapkan matanya. Mata bayi ini mirip sekali dengan miliknya, Kakucho cepat-cepat menoleh ke arah dokter.

“Anak Anda mengidap heterochromia. Dugaan saya selain faktor turunan, juga bisa karena faktor stress,” jelasnya.

Mikey masih terlelap, katanya kondisi amat lemah sekarang sehingga harus banyak istirahat. Semua orang yang hadir ikut masuk ke dalam ruangan, melihat Kakucho yang duduk di samping Mikey dengan bayi mereka. Baik Draken dan Takemichi merasa mual melihat adegan di hadapan mereka ini.

Tak lama, Mikey perlahan membuka mata. Hal pertama kali ia ucapkan adalah,

“Bayiku…”

Kakucho cepat-cepat berdiri, ubah posisi ranjangnya agar Mikey bisa duduk untuk menggendong anak mereka. Ketika bayi itu sudah berada di tangan Mikey, omega itu menangis. Dia tidak menyangka makhluk semenggemaskan ini datang dari perutnya.

“Cho, permintaanku ini kabulin, ya,” bisik Mikey yang dibalas anggukan kepala dari Kakucho.

“Iya, Kak, apa aja permintaan kakak aku kabulin.”

Mikey tersenyum, sisiri surai tipis milik anaknya itu.

“Bayi ini… Namanya… Kenta. Sano Kentake.”

Draken dan Takemichi mendengar langsung membelalakkan mata, begitu juga dengan Kakucho yang memiliki perubahan di air mukanya. Kentake, semua orang juga tahu dari mana nama itu berasal.

“Cuma itu permintaanku, Kakucho,” lirihnya. “Sayangi terus anak kita ini, ya? Kayaknya aku gak bisa jagain lama…”

Dahi Kakucho mengernyit, lalu bertanya, “Kak?”

“Kenta, sayang… Maaf, ya, kita ketemunya cuma bentar.”

Semuanya menyaksikan bagaimana Mikey pejamkan matanya dengan air mata yang berlinang dari ujung matanya, namun bibir pucat itu masih membentuk senyuman paling manis. Ada suara yang berdengung di pendengaran mereka, lalu disusul seruan histeris dan tangisan yang memilukan. Kenta yang tak tahu apa-apa pun ikut menangis ketika merasa detak jantung orang yang melahirkannya tak dapat ia dengar lagi.

Kakucho ditarik oleh Takemichi, dihajar habis-habisan meski Kakucho tak banyak respon, memandang tubuh suaminya yang tak berdaya itu dengan kosong. Takemichi tak berhenti menyalahkan Kakucho, sementara Draken, pertama kali dalam hidupnya, dia menangis begitu kencang dan menyakitkan. Kenta, bayi inosen itu pun ikut menangis di gendongan Sanzu.

Tragis, sungguh tragis, ujar semesta yang turut prihatin dengan takdir yang kejam ini.

Sebab sampai hembusan nafas terakhirnya, Sano Manjiro masih memakai topengnya.

Obey the Omega: Kakucho’s Route — FIN

Responses (1)