Raksasa Kecil
2.7k words — sebuah fanfiksi singkat tentang Matsuno Chifuyu dan Hanma Shuji.
Dekorasi merah muda dan hati yang mencolok penglihatan Chifuyu itu mulai membuatnya kesal. Di mana-mana serba pink, bunga di sini dan coklat di sana, orang-orang berpacaran di tiap sudut kota — menyebalkan. Mentang-mentang besok tanggal 14 Februari, semua orang seketika gencar pamerkan kasih sayang pada kekasih mereka. Padahal bisa dilakukan tiap hari, jadi kenapa harus tunggu Hari Valentine tiba?
Sahabat Chifuyu — Hanagaki Takemichi, juga sibuk persiapkan kejutan untuk kekasihnya sampai tidak ada waktu untuk menemaninya bermain gim di kosan mereka. Heran, sungguh, untuk apa berlaku seperti itu? Kalau mau romantis juga bisa kapan saja, ‘kan?
Oke, mungkin Chifuyu sekarang sebenarnya lebih kesal dengan fakta bahwa kekasihnya itu sama sekali tidak romantis. Hanma Shuji, kekasihnya yang tingginya menyentuh dua meter itu kerjaannya hanya mengirim gambar meme lucu atau video TikTok menggelikan yang entah bagaimana caranya bisa ditemukan oleh lelaki itu. Sama sekali tidak bisa romantis, hanya bisa membuat tekanan darahnya naik drastis tiap kali mulutnya terbuka.
Kekesalan Chifuyu terhadap Hanma tak berhenti disitu, apalagi ketika sekarang, keduanya sedang berhubungan jarak jauh karena tempat magang lelaki itu terletak di kota sebelah, mengharuskan keduanya untuk bertemu setidaknya dua minggu sekali. Hanma itu oke-oke saja kalau bertemu langsung. Chifuyu menikmati tiap sentuhan fisik dari lelaki itu. Belum lagi paras tampan Hanma yang tidak bosan-bosannya ia pandang.
LDR begini… Baik sentuhan maupun parasnya tak bisa Chifuyu gapai, buat pemuda itu kerap kali merasa jengkel pada Hanma. Kekanak-kanakan, tapi mau bagaimana lagi, Chifuyu kan, rindu.
Sungguh malang nasib Chifuyu. Besok Hari Valentine, namun ia tak bisa menemui pasangannya. Tidak adil.
“Samperin lah, Puy?” celetuk Mikey, kakak tingkatnya yang tinggal di kos yang sama dengannya. “Besok Kak Ran katanya sibuk nyiapin materi aja, tetep gue samperin. Siapa tau dia capek kan, ya? Terus gue mau sep — ”
“STOP! Gue gak mau denger, Kak, sumpah. Mending tuntasin skripsi lo mumpung pacar lo, tuh, dosen pembimbing lo sendiri!”
Mikey hanya bersenandung sebagai jawaban, alihkan pandangan ke arah ponselnya. Samperin, ya? pikir Chifuyu. Kalau dipikir-pikir, dia belum pernah menghampiri Hanma di kotanya.
Sebelum tidur, Chifuyu mencari-cari tiket kereta untuk besok pagi. Tapi sebelum memesan, ia menelpon Hanma terlebih dahulu. Tidak lucu kalau dia tiba di sana dan tidak tahu harus kemana mengingat ia tak pernah tahu alamat kosan Hanma di kota itu.
“Halo?”
“Hmgh, halo, sayang?” suara serak Hanma ketika bangun tidur seketika membuat Chifuyu ingin berlari estafet ke tempat kekasihnya itu berada. Ganteng banget!!
Berdeham, Chifuyu merespon, “kamu tidur?”
“Iya, nih, capek banget seharian. Ada apa kok telfon, sayang?” sedetik kemudian, Hanma terkesiap. “Astaga, lupa bilang kalo mau tidur. Maaf, yaaa, kamu nyariin?”
“Nggak juga. Btw, aku mau tanya, besok aku boleh nyamperin kamu, nggak?”
Tiba-tiba ada suara barang berjatuhan, lalu disusul umpatan yang lolos dari bibir Hanma. Chifuyu mengernyitkan dahinya, ada apa? Kenapa seolah-olah Hanma terkejut karena dirinya akan mendatangi lelaki itu?
“Kak Shuji?”
“Ahh, iya, sayaangggg. Maaf, maaf, tadi kakiku kesandung kabel. Kamu bilang apa tadi? Mau ke sini?”
“Iya… Boleh?”
“Besok aku magang seharian, deh, jadi gak bisa ketemu kamu, apalagi besok hari Senin. Kita ketemu weekend aja, ya? Aku yang kesana, oke?”
Kerutan di dahi Chifuyu semakin dalam. Sedikit curiga kenapa gelagat Hanma seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu. Mereka ini sudah berpacaran setidaknya dua tahun lebih, ya, dan Chifuyu tahu bagaimana tingkah Hanma ketika sedang berbohong padanya.
Namun Chifuyu tidak berkata apa-apa karena tidak ingin ribut malam-malam begini. Lagipula, itu hanya dugaannya saja. Mereka juga terlalu tua untuk meributkan hal sekecil ini, toh Chifuyu sudah belajar untuk lebih percaya pada kekasihnya itu.
“Oke, deh. Ya udah, sana lanjut tidur. Aku juga mau tidur,” tukas Chifuyu.
“Iya, sayangku, good night, yaa… Sweet dream, love you banyak banyak banyaaakk Fuyu kecilku manisku my bubibu mumumu~”
Chifuyu harap Hanma berhenti bertingkah menggelikan seperti ini.
“Iya, iyaaa, love you too.”
Malam itu, Chifuyu tidur dengan jutaan prasangka buruk terhadap oknum Hanma Shuji.
-
Bangun pagi di hari Senin memang selalu memuakkan, terlebih ketika ia sudah dihadapkan dengan Mikey yang berdandan rapi dan super wangi. Chifuyu menatap laki-laki itu datar, bertanya, “lo mau kencan jam 10 pagi? Di hari Senin?”
“And? What about it? Gue mau ke rumah Kak Ran, kok. Jadi gue harus prepare buat dimakan, hihi,” ujar Mikey sambil terkekeh manis.
Pria dewasa modelan Haitani Ran itu pasti sukanya sama daun muda yang centil seperti Sano Manjiro begini. Kalau Chifuyu genit seperti Mikey di depan Hanma… Wah, lebih baik dia kubur diri saja. Kekasihnya itu mungkin akan senang kalau Chifuyu yang ambil inisiatif dan menggoda lelaki itu.
Tapi tidak. Tidak akan terjadi. Membayangkan saja sudah membuat perutnya mual.
Setelah kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap diri ke kampus, Chifuyu sempat mengecek ponselnya, sedikit kecewa ketika Hanma belum kunjung membalas pesan teksnya.
Aneh, sangat aneh. Hanma pasti akan sempatkan diri untuk membalas pesannya meski sesibuk apapun. Tapi ada apa dengan lelaki itu hari ini? Tidak, bahkan dari semalam! Mencurigakan. Apa Hanma…
Selingkuh?
Tidak! Tidak mungkin, ‘kan? Baru LDR sebulan lebih masa Hanma sudah bosan dan selingkuh?
Sekuat apapun Chifuyu berusaha berpikiran positif, tetap saja ia berakhir berangkat kuliah dengan suasana hati yang berantakan dan muka yang kusut. Materi yang disampaikan oleh dosennya kali ini saja seperti masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Berbagai macam prasangka buruk tentang Hanma terus bermunculan dan membuat perasaannya semakin kacau balau.
Kelas di hari Senin berakhir pada pukul 1 siang, dan Chifuyu langsung melaju keluar ruangan secepat kilat. Hari ini, dia akan menghampiri Hanma. Tidak tenang hatinya kalau begini terus. Lebih baik ia memastikan sendiri kebenarannya daripada terus menerus berasumsi seperti ini.
Namun baru saja Chifuyu melangkah keluar dari gedung fakultasnya, tiba-tiba matanya menangkap sosok jangkung yang mencolok sedang bersandar pada mobil Honda Jazz merah. Chifuyu bisa mengenali postur tubuh menjulang itu dimanapun dan langsung melongo.
Hanma Shuji yang melihat kekasihnya itu langsung tegakkan badannya, berlari ke arah Chifuyu dengan kaki panjangnya.
“KECILKUUU, KANGEN BANGETT DUA MINGGU LDR!”
Tentu saja Chifuyu melotot, malu karena Hanma berlari sangat dramatis dan teriak-teriak seperti itu, undang beberapa mata teralih ke arah mereka. Orang gila, kenapa Hanma tiba-tiba di sini dan berseru seperti itu?! Apa lelaki itu tak tahu malu? Hanma ini senior terkenal di kampus mereka, loh? Apa tidak malu?!
Hanma menarik Chifuyu ke dalam pelukannya, biarkan tubuh yang lebih kecil itu tenggelam dalam rengkuhan yang lebih besar. Tinggi Chifuyu yang hanya sampai pada dada Hanma membuatnya terbalut total oleh tubuh kekasihnya itu. Orang-orang yang melihat ini hanya bisa merasa ‘gemas’ dalam hati, perbedaan tinggi badan keduanya sangat kontras, lucu!
Chifuyu, yang berhenti bertumbuh ketika menginjak bangku SMA sehingga tingginya hanya mencapai 170 cm sekarang kesulitan bernafas karena tubuhnya dililit oleh raksasa ini. Mau tak mau, Chifuyu berakhir menyundul dagu Hanma dengan kepalanya.
“ADUH! Sakit sayaaanggg,” keluh Hanma setelah melepaskan pelukan mereka untuk mengelus dagunya dengan raut sedih di wajahnya.
“Kamu, tuh! Kecil kecil, bapakmu kecil!” sungut Chifuyu berapi-api sambil berkacak pinggang. Hanma melihat ini rasanya ingin menangis, kekasihnya sangat menggemaskan! Hanma ingin menyimpan Chifuyu di sakunya dan membawa lelaki itu kemana-mana!
Belum juga Hanma bereaksi, tiba-tiba Chifuyu kembali memeluknya lagi, berkata, “Hm, tapi iya, aku juga kangen, sih… Dikit.”
AAA!!! GUE BAWA PULANG LO!!!
Chifuyu, kekasih mungilnya itu, walaupun sudah dua tahun berpacaran masih saja gengsinya setinggi angkasa. ‘Tsundere akut’ kalau kata Baji, kawan Hanma. Luar biasa galak dan pemarah, tapi diam-diam manja seperti anak kecil. Lucu! Hanma suka sekali sampai rasanya ingin memeluk Chifuyu sepanjang hari.
“Baby boo, kamu kok gemes banget, sih?” tanya Hanma sambil mencubit pipi Chifuyu.
“Kamu gak usah sok-sok pake pet names, deh! Panggil ‘sayang’ aja udah cukup!”
Lihat… Nada bicara Chifuyu seperti orang marah, namun pipi gembilnya merona malu.
Gemes banget, Hanma mau pingsan.
“Ayo sayang, jalan-jalan,” ajak Hanma ketika tangannya menarik pergelangan tangan Chifuyu dan berjalan ke arah mobil lelaki itu.
Setelah berada di dalam mobil dan memasang sabuk pengaman, Chifuyu bertanya, “motormu kemana? Tumben gak kamu pake?”
“Kasian kamu, atuh, lagi panas gini. Sayang cakepmu kalo pake motor, hehe.”
Chifuyu mengerucutkan bibirnya, kemudian bergumam, “padahal kalo pake motor bisa nyabuk…”
Hanma yang sedang memulai mesin mobilnya langsung terhenyak, menoleh cepat ke arah Chifuyu dengan senyuman lebar terukir di wajahnya.
“Apa sayang? Bilang apa?”
“Gak bilang apa-apa, tuh?!”
“Gak bisa nyabuk kalo di mobil? Aaww, sayangku my baby Puyo ternyata romantis, ya? Kangen banget kah sama Aa Shuji?” Hanma semakin gencar menggoda Chifuyu, sementara yang digoda justru menggembungkan pipinya lucu.
Iseng, Hanma curi kecupan singkat di bibir Chifuyu, langsung fokus menyetir ketika kekasih kecilnya itu mendelik dan mulai mengomel sepanjang jalan.
“Kamu ngapain kesini? Katanya sibuk?”
“Uh… Kamu semalem tiba-tiba telfon pingin ketemu, aku gak tega. Jadi aku ngebut kesini hari ini demi ayang,” jawab Hanma dengan cengiran lebar di wajahnya.
Chifuyu tiba-tiba bungkam, diam-diam curi pandang ke arah Hanma, menatap lelaki itu dengan rasa bersalah. Yang dipandangi pun kebingungan, lalu bertanya, “kenapa?”
“Maaf, aku kira kamu selingkuh, Kak…”
Hanma menghentikan mobilnya secara mendadak, lalu menoleh ke arah Chifuyu, pandangi kekasihnya itu dengan pengkhianatan terpahat di paras tampannya. Luar biasa dramatis, pikir Chifuyu. Tahu gitu, dia tidak bilang apa-apa karena ia yakin Hanma akan menangis kapan saja sekarang.
“Tega kamu nuduh aku selingkuh…” ujar Hanma tak percaya. “Aku? Seorang Hanma Shuji? Selingkuh dari my sunshine Matsuno Chifuyu?”
“Ya, maaf! Kamu mencurigakan, sih! Suka gak mau disamperin! Mana dari pagi gak ngabarin!”
Tiba-tiba Hanma meraih tangan Chifuyu, digenggam begitu erat dengan mata memelas.
“Yang, gimana aku bisa selingkuh kalo di dunia ini cuma ada satu Chifuyu?”
Mereka berakhir debat untuk beberapa saat sebelum akhirnya Hanma mengeluarkan jurus terampuh;
“Ayo kita ke kafe kucing yang kamu tunjukin ke aku kemarin lusa.”
Chifuyu langsung tersenyum lebar dan menghentikan perdebatan mereka. Membungkam Chifuyu hanya perlu satu kata, kucing. Kalau di drama-drama, sih, kalau pacar kita mengomel bisa dibungkam dengan bibir kita — romantis. Tapi dengan Chifuyu? Tidak bisa begitu. Hanma pernah coba dan dia berakhir babak belur.
Tiba di kafe kucing, yang Chifuyu pedulikan hanyalah kucing dan kucing. Bahkan sepertinya laki-laki itu lupa bahwa kekasihnya yang paling tampan ini sedang bersamanya. Hanma menatap tajam salah satu kucing di sana, melotot. Kucing biadab, batinnya. Dia tidak percaya pacarnya baru saja direbut oleh hewan berbulu berkaki empat yang sama sekali tidak menggemaskan ini.
Tapi ada satu kucing kecil lucu yang tiba-tiba menghampiri Hanma, sandarkan kepala di kakinya, lalu mengeong begitu menggemaskan. Hanma lihat-lihat, kucing ini mirip sekali dengan Chifuyu. Kecil, bulunya seperti rambut kekasihnya, manja pula.
“Mulai sekarang nama lo Chichi,” ujar Hanma seenak jidat, padahal di kalungnya tertera nama ‘Miko’.
Sekarang Hanma tak lagi bosan, sibuk bermain dengan kucing yang mirip Chifuyu ini, sesekali berswafoto ria dengan kucing itu. Gemas, pikir Hanma lagi. Kalau Chifuyu tidak mau dibawa pulang, maka ia akan bawa kucing ini saja sebagai pengganti.
Chifuyu mulai sadar akan kehadiran Hanma sekitar satu jam kemudian. Ia hendak meminta maaf kepada lelaki itu karena telah meninggalkannya sendirian. Namun yang Chifuyu temukan justru Hanma sedang memeluk kucing kecil di pangkuannya, sedang nonton video animasi di ponselnya.
Rasanya ada yang aneh dengan jantung Chifuyu sebab sekarang, jantungnya berdebar begitu keras dan tidak wajar! Cepat-cepat Chifuyu keluarkan ponselnya, memotret Hanma dan kucing tersebut dalam berbagai macam sudut sampai hatinya puas.
Saat Chifuyu hampiri, Hanma sama sekali tidak menggubrisnya. Diajak ngobrol, Hanma hanya bergumam sebagai jawaban, lebih memilih bermain dengan kucing kecil ini daripada bicara dengan Chifuyu, kekasih yang dua minggu tidak Hanma temui.
“Dah, ah, aku pulang aja.”
Cepat-cepat Hanma letakkan kucing tersebut, nyengir sambil menggenggam tangan Chifuyu.
“Kok marah-marah, sih, kecil?”
“Lah kamu! Aku dikacangin!”
Hanma mencubit hidung Chifuyu, gemas.
“Padahal kamu dulu yang ngacangin aku, loh.”
Chifuyu mendengus, buang muka, “ya udah, maaf.”
Tangan Hanma meraih rambut Chifuyu, mengacaknya pelan sambil terkekeh. Kenapa pacarnya ini lucunya di luar akal manusia, sih? Pas cemberut lucu, marah juga lucu, apalagi kalau sedang merasa bersalah begini — mirip anak kucing tersesat yang kehilangan induknya.
“Sayang, nanti kita kalo nikah adopsi kucing, yuk?”
Mata Chifuyu berkilat penuh semangat.
“Boleh! Nanti adopsi delapan!”
-
Langit sudah petang ketika mereka keluar dari kafe kucing. Mereka tidak punya destinasi lagi, maka dari itu mereka habiskan waktu untuk berkeliling kota. Berhenti sebentar kalau ada yang jualan jasuke, dan membicarakan banyak hal. Malam itu radio di mobil Hanma didominasi oleh Chifuyu, hanya memutar lagu-lagu Jepang dari anime favorit kekasihnya itu. Sebetulnya Hanma tidak begitu paham, tapi ia biarkan saja asal Chifuyu senang.
Nyatanya berkeliling kota sambil memakan berbagai camilan yang mereka temukan di sepanjang jalan mampu menghabiskan waktu dengan baik. Terbukti sekarang jam sudah menunjukkan angka 11. Hanma harus mengantarkan Chifuyu kembali ke kosnya setelah seharian berkencan.
“Kak, kamu tau gak sekarang hari apa?” tanya Chifuyu ketika Hanma sudah tiba di depan kosnya.
“Uh, Senin?” jawaban Hanma direspon oleh senyuman kecut dari Chifuyu. Tentu saja Hanma tidak tahu hari ini apa. Padahal bukannya jelas, ya? Di sepanjang jalan banyak orang berjualan bunga, belum lagi dekorasi yang berhubungan dengan valentine.
Ah, mengharapkan apa Chifuyu pada Hanma?
Chifuyu hendak turun dari mobil ketika tangannya diraih oleh Hanma, peroleh kernyitan di dahi yang lebih mungil.
“Habis turun, ikut aku bentar.”
Maka Chifuyu menurut, ia ikut melangkah ke arah belakang mobil mengikuti Hanma. Chifuyu masih tidak paham maksud Hanma sebelum akhirnya lelaki itu membuka pintu bagasi mobilnya. Netra zamrud Chifuyu berkilat ketika melihat isi bagasi mobil Hanma; dekorasi merah muda dengan buket bunga dan boneka beruang raksasa dengan banner kecil bertuliskan ‘Happy Valentine, Chifuyu’ diikat pada boneka tersebut.
Chifuyu kerjapkan matanya berulang kali, kemudian menoleh cepat ke arah Hanma yang sedang menutupi wajahnya.
“Mm… Aku tau ini too much dan cringe, kamu pasti gak suka hal-hal kayak gini, maaf banget. Tapi aku pingin kasih surprise begini mumpung valentine, uh, jadi… Selamat Hari Valentine, sayang?”
Hanma gelagapan, pipinya merah bak kepiting rebus. Sepertinya laki-laki itu sangat salah tingkah sampai bingung menyusun kata. Sementara Chifuyu masih terkejut, memandang Hanma tidak percaya.
Seperti, ini sungguhan Hanma, ‘kan? Hanma Shuji pacarnya yang tidak tahu cara romantis? Apa jangan-jangan arwah pacarnya sudah tertukar?
“Fuyu? Ah, gak suka, ya? Maaf… Cringe, ya?”
Chifuyu menggeleng, buru-buru berlari memeluk Hanma, “huhu…”
“Huhu?”
“KOK KAMU ROMANTIS, SIH? DIAJARIN SIAPAAAA?”
Hanma menangkup wajah Chifuyu, melihat bagaimana manik mata kekasihnya itu berkaca-kaca.
“Kamu suka?”
Chifuyu mengangguk. “Suka banget! Aku kira kamu gak bakal begini soalnya kamu gak romantis. Udah gitu kamu juga gak bahas sama sekali kalo sekarang valentine!”
“Aku takut bahas, kukira kamu gak bakal suka…”
“Suka, lah!” lalu Chifuyu mengeluarkan sebatang coklat pada Hanma, berkata, “Happy Valentine juga, Kak. Maaf cuma ini.”
Hanma terkekeh. “Padahal gak usah, loh, sayang… Kamu suka sama kejutanku aja aku udah bersyukur banget.”
Chifuyu sedang sibuk memotret kejutan dari Hanma ketika kekasihnya itu sedang membuka bungkus coklatnya, lalu memakan coklat itu. Hanma tidak menawari Chifuyu — paham kalau kekasihnya itu tidak suka coklat. Namun tiba-tiba, Chifuyu berkata, “minta, dong.”
Batangan coklat itu pun dipatahkan oleh Hanma, hendak disuap ke Chifuyu kalau saja yang lebih kecil itu tidak tiba-tiba menarik tali hoodienya, kemudian tempelkan bibir pada miliknya. Tidak sekadar menempel saja, sekarang lidah Chifuyu bergerak menyapu permukaan bibir Hanma, melesak masuk ke dalam untuk saling pertemukan lidah keduanya.
Manis, rasa coklat.
Tangan Hanma melingkar di pinggang mungil Chifuyu, sementara tangan lainnya semakin menekan tengkuknya, perdalam ciuman mereka yang penuh gairah tersebut tanpa peduli kalau mereka ini masih di luar. Chifuyu sesekali membuka mata, hanya untuk dipejamkan lagi, nikmati bagaimana bibir mereka saling melumat. Tangannya sekarang dikalungkan di leher Hanma, sementara kakinya susah payah berjinjit agar cumbuan mereka tidak terpisah.
Hanma Shuji dan tinggi badannya yang sialan! umpat Chifuyu ketika kakinya semakin melemas dan tidak mampu berjinjit lagi.
Cumbuan mereka usai dengan nafas terengah-engah dan senyuman puas di wajah Hanma. Pacarnya ini lucu sekali, sudah berani inisiatif menciumnya pakai alasan mau coba coklat. Kalau begini caranya, Hanma jadi ingin cepat-cepat lulus dan bekerja agar bisa segera mempersunting Chifuyu.
“Yang, boleh gak aku nginep di kos kamu… Pingin banget, loh,” rengek Hanma.
Sedangkan Chifuyu menggeleng tegas.
“Gak, kamu kan, besok masih magang.”
“Aku nyetir nanti gak fokus soalnya pingin makan ayang.”
Chifuyu ingin menampar Hanma sekarang.
“Pulang. Pas weekend aja, kamu bisa makan aku sepuasmu, hehe,” cengiran khas di wajah Chifuyu sekarang, membuat Hanma semakin tidak rela untuk pulang.
Mereka berciuman sekali lagi sebelum Hanma pulang, membantu Chifuyu untuk meletakkan buket bunga dan boneka raksasa hadiahnya ke dalam kos, sebelum akhirnya berpisah.
“Pulang dulu…” ujar Hanma lemas.
“Hati-hati, Kak,” balas Chifuyu.
Hanma merengut, kerutan di dahinya semakin kentara. Melihat ini, Chifuyu berkata, “sini kamu, turun.”
Kaki Hanma ditekuk, sejajarkan tingginya dengan Chifuyu. Kemudian kekasihnya itu mengecup kerutan di dahi Hanma.
“Jangan cemberut, hari Sabtu kita ketemu lagi.”
Lalu, Chifuyu berjalan ke arah kamar kosnya, membawa buket bunga dan boneka raksasa dengan senyuman lebar di wajahnya. Boneka ini akan diberi nama ‘Shubear’ dan akan Chifuyu semprotkan parfum milik Hanma untuk dipeluk semalaman.
“Cie, enak, ya, habis kokop-kokopan bibir di depan kos?” ledek Mikey.
“Ih, kok ngintip sih, Kak?!”
— FIN