ayiin
7 min readDec 10, 2021

Memandang Kosong

cw // abuse, violence

Rencana awal memang berkencan dengan Kakucho; menonton film lalu makan malam bersama seperti kencan-kencan remaja pada umumnya. Alasan mengapa Mikey memilih Kakucho sebenarnya karena beberapa alasan, seperti misal karena Mikey tidak begitu nyaman dengan Sanzu yang masih berhubungan dengan Rindou dan Takemichi yang masih melanjutkan pernikahannya. Dia mau-mau saja mengajak Draken kencan, tapi semenjak kedatangan Takemichi di Malaysia beberapa hari yang lalu, alpha bertato naga itu kembali bersikap dingin padanya.

Namun bukan berarti Kakucho hanya pelarian. Mikey memang selalu nyaman menghabiskan waktu dengan alpha itu. Kakucho selalu membuatnya merasa tenang dan damai. Berbeda dengan Takemichi yang membuat resah, atau Sanzu yang membuatnya dihantui rasa bersalah, Kakucho hanya membuatnya sebahagia mungkin. Puncaknya terjadi beberapa bulan yang lalu, ketika Kakucho berusaha menyatukan mereka berlima lagi. Perlahan hatinya mulai terbuka untuk Kakucho.

Walaupun jika boleh jujur, Mikey merasa Kakucho berhak mendapatkan orang yang lebih baik ketimbang menyukai dirinya yang lebih akrab dengan rasa bimbang. Kakucho berhak mendapatkan segala afirmasi dan afeksi dari pasangannya — yang mungkin sukar Kakucho dapatkan jika alpha itu kekeuh mencintainya.

“Kak? Mikir apa?” Kakucho bertanya ketika Mikey terus diam setelah masuk ke dalam mobilnya.

Mikey menggeleng cepat, lalu tersenyum lebar. “Nggak, jalan aja langsung, Cho,”

Hari ini Mikey sudah merencanakan kencan mereka dengan baik, karena selain kencan, ia juga butuh pelepas penat. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, tampakkan nomor Shinichiro yang tertera di layar. Mikey terhenyak, kemudian tegapkan badannya. Tumben sekali Shinichiro ada waktu untuk menghubunginya?

Mikey benci. Sebetulnya Mikey benci sekali harus jejakkan kaki di tempat yang lebih mirip lubang neraka ketimbang hunian keluarga. Pulang setahun sekali untuk formalitas harusnya cukup, jadi mengapa ia berdiri lagi di sini?

Di kediaman utama Keluarga Sano.

Asam lambungnya seketika naik. Jika bukan Shinichiro yang meminta, ia pasti sudah tolak mentah-mentah.

Kakucho berjalan di sebelahnya, genggam tangannya guna menenangkannya. Mikey hanya tersenyum tipis ketika melihat gestur ini, berusaha kontrol air mukanya saat berhasil memasuki ruang utama kediaman Sano.

Yang Mikey lihat pertama adalah Shinichiro, lalu Izana yang memandang Mikey dengan tatapan tak suka. Sebenarnya bisa saja Mikey tidak membawa Kakucho kemari, namun ia sengaja membawa ‘kekasih’nya kemari, karena Izana, lalu menggandeng tangan Kakucho dengan erat dan tersenyum culas ke hadapan dua kakaknya itu.

“Bang Shin, kenalin, ini pacarku yang keempat,” ujarnya. Kakucho sedikit terkejut, namun sepertinya Mikey ingin pamer ke kedua kakaknya, terlebih ke Izana.

Yang dikenalkan sedikit canggung, menatap Shinichiro ragu. Apa, ya — lucu saja. Kakucho tidak perlu ‘dikenalkan’ pada Shinichiro mengingat dia juga menyandang marga Sano. Sementara saat itu, Shinichiro rahangnya mengeras, sorot matanya berubah menjadi tajam seketika.

“Abang gak peduli kamu sama siapa aja, Jiro,” mulainya, sepertinya Shinichiro terlihat kesal. “Tapi kenapa harus dia?”

Tentu saja Shinichiro berkata seperti itu. Kenapa harus Sano Kakucho anak angkat ayah mereka? Seperti tidak ada orang lain saja.

Izana melihat ini hanya mendecih. Kedua tangannya dilipat ke depan dada, surai peraknya dikibas sekilas sebelum berkata, “santai, Bang, namanya juga perek.”

“Jaga mulut lo, ya!” Mikey baru saja melangkah maju kalau saja tidak ditahan oleh Kakucho.

Demi Tuhan, Mikey tidak pernah menyukai saudaranya yang satu ini. Selain fakta kalau Izana adalah anak ibunya dan selingkuhannya, lelaki berkulit tan ini luar biasa menyebalkannya. Rasa-rasanya bisa dihitung dengan jari keakuran mereka.

Pada akhirnya Shinichiro hanya bisa menghela nafas panjang. Mau marah bagaimana pun juga takkan bisa mengendalikan kedua adiknya, maupun itu Mikey atau Izana. Maka dari itu ia hanya bisa pasrah, melirik Kakucho sekilas.

“Ya udah, terserah kamu, Jiro. Ija juga jangan ribut mulu sama Jiro, abang ngumpulin kalian di sini karena mau ngerayain Jiro yang tur dunia sama bandnya dan Ija yang berhasil diundang buat hadir di fashion week akhir tahun nanti di Paris.” Shinichiro mengacak kedua rambut adiknya. “Jadi hari ini damai, ok?”

Perayaan yang dimaksud Shinichiro adalah makan malam bersama. Ada kakek dan ibunya yang menolak untuk mengajak omong Mikey. Yang diajak bicara ibunya adalah Izana dan Shinichiro, sementara Mikey dibiarkan menyantap makanannya tanpa sepatah kata apapun.

Kakucho memandang Mikey iba. Namun apa boleh buat, memang hubungan Mikey, kakek, dan ibunya tidak pernah baik. Maka dari itu ia hanya bisa menggenggam tangan Mikey di bawah meja, berusaha menghibur omega itu tanpa menyadari ada sepasang mata yang memandang perbuatan Kakucho dengan penuh ketidaksukaan.

Usai makan, ibu Mikey bangkit berdiri, dongakkan kepala dengan angkuh. “Manjiro, ke ruangan Mama habis ini,”

Tentu saja semua langsung was-was meskipun tidak ada satu orang pun yang berani maju. Bahwasanya, ibunya Mikey — Nyonya Sano ini menduduki tahta tertinggi di rumah ini. Tidak ada yang berani membantah, bahkan jika itu adalah Shinichiro sekalipun.

Hal pertama yang menyambut Mikey ketika tiba di ruangan ibunya adalah buku kamus super tebal yang melayang ke kepalanya. Mikey hanya menunduk, sementara buku-buku lainnya terus-menerus menerjang tubuh mungilnya. Selanjutnya, suara teriakan lantang yang memekakkan telinga.

“ANAK TOLOL!” ibunya berseru dengan mata mendelik sampai urat-uratnya menonjol di pelipis. “MALU-MALUIN KELUARGA SANO AJA KAMU ANAK BIADAB!”

Mikey mendongak, pandangi ibunya dengan datar. “Aku salah apa lagi?”

“BERANI TANYA KAMU?! KAMU BAWA ANAK AYAH KAMU YANG BRENGSEK ITU, TERUS BILANG KALO KALIAN PACARAN?! UDAH GILA KAMU, YA?! GAK PUNYA MALU?!”

“Ma — ”

Mikey tidak diberi kesempatan untuk buka mulut sebab ibunya dengan cepat melempar beberapa kertas ke wajahnya. Mikey menahan nafas, pejamkan mata sebelum pelan-pelan membukanya hanya untuk mendapati ibunya menatapnya dengan begitu murka.

Ibunya masih belum berkata apa-apa, maka dari itu sekarang Mikey berjongkok, meraih salah satu dari kertas di sana dan langsung dijatuhkan ketika melihat isinya. Tangannya bergetar hebat, sementara air mata sudah mengumpul di pelipisnya.

Dugaan Mikey awalnya memang ibunya akan marah perkara Kakucho. Dia pun memang sudah tahu resiko ketika mengajak Kakucho ke rumah hari ini. Dari semua dugaan ibunya marah, jelasnya bukan ini

— bukan fotonya dan Takemichi sedang bersetubuh di ruang ganti beberapa saat yang lalu.

Mual, rasanya seperti dihantam berulang kali. Bagaimana? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ibunya dapat foto ini? Siapa? Siapa pelakunya? Ribuan pertanyaan berputar di kepalanya sampai kakinya tak mampu menampung beban tubuhnya lagi.

“M-ma, ini b-bukan… Ma… Ini — ”

Lalu vas bunga dilemparkan. Nyaris kena kepalanya jika saja Mikey tidak langsung menunduk.

“BUKAN APA?! EMANG PELACUR KAMU ITU! NYESEL MAMA LAHIRIN ANAK MODELAN PELACUR KAYAK KAMU! MALU-MALUIN! MUKA MAMA TARUH MANA KALO KETEMU SAMA KELUARGANYA HANAGAKI, HAH?!”

Mikey merangkak, memeluk kaki ibunya dengan air mata merembes di pipinya. “M-maaf, Ma… Jiro minta maaf… Maaf…”

Namun ibunya justru menendangnya, menarik rambutnya sebelum menamparnya berulang kali.

“KAMU ITU UDAH GAGAL JADI ALPHA, SEKARANG JADI OMEGA MALAH KELAKUANNYA MIRIP PELACUR MURAHAN! KAMU SINTING APA GIMANA UDAH NGERUSAK HUBUNGAN ORANG, HAH?!”

Mikey masih menangis tersedu-sedu, meminta maaf kepada ibunya.

“MAMA NYESEL NGELAHIRIN KAMU! HARUSNYA KAMU MATI!” Kini ibunya menangis histeris, masih menjambak rambut Mikey. “BERAPA KALI KAMU BIKIN MAMA MALU?! KENAPA KAMU GAK MATI AJA, MANJIRO?!”

Dadanya sesak sekarang, namun Mikey menerima semua macam cercaan dari ibunya. Dia pantas mendapatkan ini — bayaran yang harus ia terima karena telah mencintai Hanagaki Takemichi. Salahnya yang mencintai Takemichi, salahnya yang terlahir menjadi omega, salahnya karena telah terlahir di dunia ini.

“KAMU PANTESNYA DIKURUNG AJA! KELUAR KAMU DARI BAND KAMU ITU! GAK USAH MUNCUL DI TV LAGI! MAMA MALU!”

Mikey buru-buruk mendongak, menggeleng dengan frantik dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Ini, ini adalah alasan mengapa ia menangis. Ia takut ibunya akan berkata demikian, ia takut kalau AKUMA direbut darinya. Satu-satunya kebebasan Mikey adalah AKUMA. Bandnya itu satu-satunya tempat di mana ia bisa ekspresikan rasa frustasi yang menumpuk lewat lagu-lagu mereka.

Kalau AKUMA direbut, dia punya apa?

Maka dari itu Mikey hanya bisa menangis dan memohon sementara ibunya berulang kali menamparnya, menendangnya, dan menghardiknya. Tak peduli lagi tubuhnya luluh lantak, sekarang ia hanya merasakan desperasi yang tiada ujungnya.

“MAMA!”

Itu suara Shinichiro, alpha itu berlari ke arah ibunya dan memisahkan mereka berdua. Izana buru-buru hampiri Mikey, tarik omega itu ke dalam pelukannya dan melindunginya dari serangan ibu mereka lagi.

“Udah, Ma!” Kali ini Izana yang menyentak ibunya. Meskipun hanya setengah bersaudara dan fakta bahwa ia tidak menyukai Mikey, tetap saja Mikey ini adiknya. Ia tidak mungkin tertawa senang melihat ibu mereka menyakiti Mikey sampai begini.

Kakucho yang baru tiba setelah disumpah-serapahi oleh kakek Mikey tentu saja terkejut bukan main ketika melihat Mikey menangis dengan darah bercucuran. Rasanya seperti melihat merah. Kakucho mendorong tubuh Izana, dengan panik membawa Mikey ke gendongannya.

“Kakucho, bawa Jiro ke kamarnya!” Perintah Shinichiro yang langsung dituruti. Tanpa menoleh ke arah Izana yang tampak terluka dengan tindakan Kakucho barusan, alpha itu membawa tubuh ringkih Mikey ke kamarnya.

Mikey berhenti menangis ketika Kakucho dudukkan tubuh omega itu di atas kursinya. Alpha itu obati luka-luka di tubuh Mikey dengan tangan gemetar. Yang diobati sekarang sama sekali tidak bergeming, memandang lurus ke arah depan. Dan Mikey yang ini adalah Mikey yang paling dibenci oleh Kakucho.

Lalu mulai terdengar isakan tangis. Bukan Mikey, tapi Kakucho yang mulai menangis sambil sandarkan kepalanya di atas paha Mikey.

“Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf… Maafin aku, Kak Mai… Maaf… Aku yang dulu sama yang sekarang sama-sama gak becus, aku gak pernah bisa lindungin kakak,” racaunya di tengah isak tangisnya.

Mikey tidak merespon.

“Kak Mai… Michi — kamu mau aku apain dia? Atau yang ngefoto? Aku bakal cari siapa yang ngefoto itu, dan hancurin semua berkasnya. Bahkan sekalian orangnya aku hancurin, Kak,” Kakucho dengan putus asa menggenggam tangan Mikey.

“Kak… Bilang sesuatu, jangan gini lagi. Kak? Aku harus apa…?”

Mikey hanya merespon:

“Kakucho, harusnya kamu biarin aku mati waktu itu.”

Detik itu juga, Kakucho langsung sujud di hadapan Mikey, terisak dan memohon seperti nyawanya bergantung pada omega dengan tatapan kosong itu.

“Maaf, maaf, maaf, maaf…”

Hanya itu yang dapat Kakucho ucapkan sementara Mikey sibuk menatap kekosongan.

No responses yet