Kandang Serigala
Haitani Ran itu tidak hanya angkuh dan tak punya sopan santun, dia juga tukang memaksa dan suka menyalahgunakan kekuasaannya. Power abuse, dan orang-orang serendah ini benar-benar membuat Mitsuya jengkel setengah mati. Persetan dengan tampangnya yang tampan itu, Mitsuya bahkan lebih memilih melepas matanya sendiri daripada harus berlama-lama menatap Ran!
Kebenciannya terhadap Haitani Ran semakin menjadi-jadi ketika Mitsuya sudah berdiri di depan kelab malam di distrik elit kota mereka. Bukan kelab yang isinya anak-anak muda tak tahu aturan, tapi kelab eksklusif yang lengang, hanya orang-orang yang berlangganan saja yang memperoleh akses untuk masuk. Haitani sialan, apa dia sedang pamer? pikir Mitsuya dongkol.
Mitsuya hanya perlu menyebutkan namanya sebelum diantar masuk oleh salah satu pegawai di sana. Keadaan di dalam cukup tenang untuk ukuran kelab malam, lagi, mungkin karena tempat ini hanya diisi oleh orang-orang kaya yang kehabisan ide untuk hambur-hamburkan uangnya dan memilih untuk mabuk bersama para wanita dan pria panggilan sepanjang malam. Menyenangkan memang jika punya harta melimpah, orang seperti Mitsuya mana punya waktu dan uang untuk semua ini.
Langkah Mitsuya berhenti di lantai tiga kelab ini, tepat di depan pintu yang hanya bisa diakses menggunakan kartu staf, bertuliskan, ‘VVIP’ tepat di pintu berlapis emas itu.
Begitu pintu terbuka, kedua netra lembayung milik Mitsuya dan Ran seketika saling beradu. Haitani Ran, pria itu sekarang duduk di tengah-tengah, di atas kursi megah bak kaisar dengan beberapa wanita dan pria yang menggelayuti tubuhnya. Rasanya Mitsuya ingin tertawa—apa-apaan ini? Kerajaan harem seorang Haitani Ran?
Mitsuya tidak banyak bicara, ia hanya bungkam dan berjalan masuk, berdiri tepat di depan Ran yang masih memeluk seorang wanita berfigur mungil di pangkuannya.
Sekilas Mitsuya ingat Seishu bercerita bahwa Ran menawarkan omega itu untuk menjadi bagian dari ‘koleksi omeganya’. Jadi ini maksudnya? Betulan gila. Ran akan menjadikan Seishu salah satu dari omega-omega penghibur miliknya ini?
Mata Mitsuya memicing saat menyadari bahwa beberapa orang di sekitar Ran ternyata familiar. Bukannya itu Sugawara Koushi? Aktor rookie yang baru debut tiga bulan lalu? Kemudian… Astaga, apakah itu Midoriya Izuku? Lalu yang di pangkuan Ran itu… Bukan wanita? Melainkan aktor yang sedang naik daun—Chigiri Hyoma?
Jadi seperti ini? Aktor dan aktris rela jadi koleksi pria sampah di hadapan ini agar karir mereka terjamin? Industri hiburan memang keras, dan Mitsuya baru sadar detik ini juga.
“Selamat datang, Mitsuya Takashi,” sambut Ran sambil menaruh dagunya di bahu omega yang berada di pangkuannya itu. “Silahkan duduk.”
Dimana? Di ruangan ini tidak ada kursi kecuali sofa melingkar yang sudah penuh oleh para omega milik Ran. Lalu maksudnya apa?
“Maaf, Pak, tapi dimana?” Mitsuya sudah berlatih agar suaranya tetap lembut dan tidak naik pitam di hadapan Haitani Ran. Bertengkar dengan alpha ini hanya membawa kesialan. Lebih baik bersikap sebaik mungkin, kantongi permintaan maaf dari tiran sinting ini, lalu pergi secepatnya dari tempat ini dan tak usah kembali lagi.
Respon Ran sederhana; pria itu hanya melirik lantai di hadapan Mitsuya sambil tersenyum miring.
Lantai? Maksud Haitani Ran adalah lantai?! Bajingan brengsek biadab babi anjing keparat, Mitsuya hanya bisa mengumpat di dalam hati.
“Kenapa, Mitsuya? Nggak suka?” Mitsuya masih berdiri tegap. “Ya, terserah, Mitsuya. Lo ke sini buat minta maaf dan tanggung jawab, atau hancurin band asuhan lo sendiri? Pilihannya ada di lo.”
Mau tak mau, Mitsuya langsung bersimpuh di lantai marmer itu. Matanya masih tak lepas dari menatap Haitani Ran dengan begitu tanam. Senyum Ran makin melebar, beta di hadapannya ini benar-benar tak kenal rasa takut. Ah, mungkin karena memang beta? Kalau omega, pasti Mitsuya sudah memeluk kakinya dan memintanya untuk segera ditandai seperti anjing betina di musim kawin.
“Saya nggak punya banyak waktu, Pak, jadi langsung ke poinnya aja,” ketus Mitsuya. “Saya minta maaf tentang masalah kemarin. Kalo Anda merasa kurang sehat karena kejadian kemarin, saya bakal bertanggung jawab sama biaya pengobatan. Untuk kemeja Anda yang kotor, saya juga bersedia untuk ganti rugi.”
Suara Mitsuya bertempo datar, terkesan terburu-buru agar segera meninggalkan tempat ini. Ada rasa tak nyaman tersirat di paras cantiknya, hal ini membuat Ran semakin antusias, lupa sudah kalau pemuda di hadapannya ini bukan omega.
“Mitsuya, sini,” ujar Ran yang peroleh helaan nafas dari Mitsuya. Sungguh, yang beta itu inginkan sekarang adalah pulang ke rumah dan beristirahat setelah seharian bekerja, bukan meladeni Haitani Ran!
“Saya nggak mau kesana kalo banyak orang di sekitar Anda, nggak nyaman.”
Harapan Mitsuya, Ran mengusirnya, atau membuatnya babak belur karena tidak sopan. Demi Tuhan, ia lebih baik dihajar habis-habisan daripada harus berbincang dengan alpha brengsek ini.
Namun yang Ran lakukan justru mengusir semua omega yang tadi mengelilinginya. Di ruangan itu kini hanya tersisa mereka berdua, dan Mitsuya dengan amat sangat terpaksa harus bangkit dari posisi bersimpuhnya, lalu berjalan dekati Ran yang masih duduk manis di atas singgasananya.
“Gue punya penawaran buat lo, Mitsuya,” Ran memulai, nada bicaranya masih angkuh. Mitsuya tak perlu dengarkan sisa dari penawaran Ran karena detik ini juga dia sudah hilang minat.
Karena Mitsuya tak memberi respon kecuali dengusan nafas, maka Ran melanjutkan perkataannya.
“Gue tertarik sama lo.”
Baru juga tutup mulut, Mitsuya sudah membalikkan badannya. Ran kelabakan, kemudian menarik lengan baju Mitsuya cepat-cepat. Panik? Tentu, baru kali ini ada orang yang sama sekali tidak tertarik dengannya, bahkan balik badan saat dia utarakan rasa tertarik pada orang ini? Harga diri Ran seperti tercoreng sekarang.
“Gak tertarik, Pak, maaf. Mending Anda tuntut saya aja.”
Sekarang Ran berusaha memutar otak agak merayu beta di hadapannya ini. Inilah alasan Ran membenci beta, mereka sangat susah dikendalikan. Tidak seperti omega yang mudah dirayu hanya dengan menggunakan feromon, beta tidak akan terganggu mau Ran keluarkan feromonnya sekuat apapun. Belum lagi sifat Mitsuya yang keras ini, dua kali pertemuan juga cukup bagi Ran untuk paham bahwa beta ini bukan lawan yang mudah.
Untungnya, Haitani Ran sangat menyukai tantangan.
“Lo tinggal nurutin gue, dan gue bakal ngabulin semua keinginan lo. Terlebih urusan finansial,” alis Mitsuya naik sebelah ketika mendengar ini. “Gampang, kok, Mitsuya, kita bisa bikin kontrak. Gue cuma tertarik sama fisik lo, jadi gak usah khawatir tentang masalah perasaan.”
Mitsuya mengerjapkan matanya berulang kali dengan cepat. Bajingan gila ini bicara apa? Apa Mitsuya ini sama seperti pekerja seks komersial bagi Ran? Apa Mitsuya kemari untuk menjajakan tubuhnya? Apa Mitsuya ini disamakan dengan artis-artis simpanannya itu?
“Permisi, Pak Haitani yang terhormat, kayaknya Anda ini salah tangkap. Saya di sini cuma manajer band, bukan artis omega kayak yang Anda ‘koleksi’ selama ini,” jelasnya. “Dan saya menolak untuk jadi… Entah, apa? Simpanan Anda? Peliharaan? Sugar baby? Saya nggak berminat sekalipun meski Anda kasih saya separuh dari saham perusahaan Anda.”
Kalo dikasih separuh saham Haitani Ent. gue mau, sih, sebenernya, batin Mitsuya sebelum berdeham untuk mengatur air mukanya.
Sepertinya Ran itu tipikal orang yang susah menerima penolakan, sebab pria itu sekarang memiliki ekspresinya yang buruk di wajah tampannya. Mitsuya heran bukan main, apa semua orang kaya seperti ini? Seingatnya, Koko tidak seperti ini?
“Terus mau lo apa?”
“Mau saya cuma nggak berurusan sama Anda.”
Ran tersenyum tidak percaya, kemudian menggelengkan kepalanya. “Gue bilang gue tertarik sama lo, loh, Mitsuya? Gue, Haitani Ran, tertarik sama lo? Dan gue bilang gue bakal sediain kontrak dan menuhin finansial lo?”
Oke, kali ini Mitsuya sudah muak.
“Denger, ya, Haitani Ran, kalo gue bilang ‘nggak’ itu artinya ‘nggak’! Lo manusia bukan? Lo gak tau penolakan itu apa? Kenapa? Seumur hidup lo isinya cuma orang-orang yang muja lo, terus nyembah-nyembah di kaki lo gitu? Iya? Well, bangun! Dunia gak berputar di sekitar lo aja, Haitani! Ada orang yang muak sama kelakukan lo ini, salah satunya adalah gue!”
“Dan kalo lo emang ‘tertarik’ sama gue, ya, deketin gue secara normal, lah? Sewajarnya orang-orang deketin gebetannya? Lo gak tau cara manusia menjalin hubungan, kah? Gak semua itu bisa dibeli pake uang! Lagian lo berharap gue mau gitu? Setelah semua yang lo omongin ke gue bulan lalu? Lo bahkan gak minta maaf karena udah nyakitin perasaan gue pake omongan lo. Sekarang apa? Lo dengan gak punya malunya mau bayar gue buat deket sama lo? Lo sombong banget, Haitani Ran.”
Mitsuya berbicara dengan begitu cepat dan berapi-api, membuat tenggorokannya kering sehingga dia terus-menerus berdeham.
Ran, gelagapan setengah mati, “uh, minum dulu, Mitsuya…”
Terbiasa minum setelah berdebat dengan member AKUMA maupun staf membuat Mitsuya lengah, langsung mengambil gelas dengan cairan bening, lalu menenggaknya sampai tuntas. Mitsuya meringis — ternyata alkohol. Tapi satu gelas tidak akan membuatnya mabuk, toleransinya tidak serendah itu.
Namun ketika Mitsuya mendongak, ia merasa pandangannya memburam. Dengan sisa kekuatannya, ia memandang Ran yang sepertinya sedang tersenyum ke arahnya. Sial, Ran memberinya obat tidur di minumannya? Sial, sial, sial, apa yang terjadi dengan kewaspadaannya?! Sudah tahu sedang menghadapi serigala di kandangnya, ia justru lengah?
“Brengsek…”
Lalu Mitsuya hilang kesadaran sepenuhnya.