ayiin
8 min readFeb 15, 2022

Bulan Madu

cw // adegan semi-eksplisit

Hal yang pertama kali mereka lakukan ketika tiba di Santorini adalah tidur.

Begitu sampai di hotel, Mitsuya membereskan barang bawaannya dan Ran, setelah itu ia melihat alpha itu sudah terkapar di ranjang. 18 jam penerbangan memang melelahkan, maka Mitsuya ikut berbaring di samping Ran, menyelinap di antara tangannya, lalu tertidur di pelukan pria itu.

Siangnya, Mitsuya baru terbangun ketika merasakan ranjang di sampingnya kosong. Ketika membuka mata, dia harus memproses otaknya untuk beberapa saat sebelum menyadari bahwa dirinya sekarang berada Santorini, bulan madu bersama suaminya.

“Suami…” gumam Mitsuya, mendadak salah tingkah. Rasanya geli sekali lidahnya ketika menyebut pria itu sebagai suaminya. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, tampakkan Ran dengan handuk putih yang hanya membalut bagian bawah tubuhnya. Tetesan air mengalir dari ujung rambutnya yang setengah basah, perlahan turun ke wajah, leher, lalu dada—

Viewnya bagus, ya, sayang?”

Tertangkap basah, Mitsuya kembali salah tingkah sembari buang muka.

“Nggak!”

Alis Ran naik sebelah, “really? Aku bawa kamu ke sini karena kamu bilang Santorini pemandangannya bagus, loh, sayang…”

Oh, maksudnya pemandangan itu. Maka dengan menahan malu sekuat tenaga, Mitsuya berdeham.

“Iya, bagus. Santorini emang bagus, hm.”

“Ah, emangnya kamu daritadi ngelihatin apa, Taka? Pemandangan di luar sana, atau…” Ran berjalan mendekat ke arah Mitsuya, lalu tangkup wajah omeganya itu. “Aku?”

Jarak sedekat ini, Mitsuya bisa melihat jelas otot-otot yang terukir jelas di tubuh atletis Ran. Pria sialan, bukannya Ran ini presiden direktur dari perusahaan besar? Bukannya dia super sibuk? Tapi bagaimana sempatkan waktu untuk pergi ke gym dan merawat badannya hingga kekar seperti ini?! Dasar alpha dan gen superior terkutuknya!

Belum lagi tinta hitam yang terlukis di setengah dari tubuh Ran, sungguh, tato itu benar-benar menjadi hal favorit kedua Mitsuya setelah paras pria itu.

Ah, lihat suami alphanya ini, luar biasa tampan, punya badan yang bagus, senyumnya manis pula. Mungkin Mitsuya adalah omega paling beruntung di dunia ini karena miliki Ran dalam rengkuhannya.

“Sayang?”

“Ran, aku suka banget sama kamu,” celetuk Mitsuya tiba-tiba, membuat Ran terkejut sampai melongo. Kalau dia yang asal utarakan perasaan, sih, sudah biasa. Tapi Mitsuya? Bisa-bisa tiap satu purnama sekali.

Di mata Ran, kini Mitsuya terlihat beribu-ribu kali menggemaskan. Rambut lilanya itu acak-acakan, mencuat kesana dan kemari, bibirnya pun sedikit pucat karena kelelahan, tapi tetap saja cantiknya tidak ada bisa yang mengalahkan. Heran, sepertinya Ran sudah diguna-guna oleh omega ini. Karena baru kali ini Ran merasa jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya padahal Mitsuya tidak melakukan apa-apa kecuali bangun dari tidurnya.

“Kamu gemes banget, sayang… Aku makan sekarang boleh? Kita skip malem pertama, loh,” ujar Ran, kita mulai tersenyum lebar.

Memang benar adanya kalau Ran dan Mitsuya melewati malam pertama mereka. Mitsuya kelelahan malam seusai resepsi, dan Ran tidak mungkin memaksa suaminya untuk berhubungan badan demi penuhi nafsu belaka. Lagipula, bercinta di malam pernikahan bukan hal yang wajib. Yang paling penting kan, kondisi Mitsuya. Jadi keduanya langsung tertidur dengan pulas ketika selesai menghapus riasan dan tiba di kamar.

Tiga hari sudah lewat pasca pernikahan mereka, dan sekarang, Ran menagih jatah malam pertamanya.

“Jangan sekarang, Ran.”

Ran sekarang cemberut. Melihat ini, Mitsuya berdiri di atas kasur, lalu mencium pucuk kepala Ran sementara pria itu memegangi pinggang ramping omeganya. “Nanti malem aja, oke? Lagian mana enak, sih, siang-siang begini.”

“Enak tau… Asal orangnya Takashi, mah, enak.”

Mitsuya julurkan lidahnya, lalu lompat dari kasur dan berlari kecil ke kamar mandi.

“Aku mandi dulu! Habis ini kita jalan-jalan, ya!”

Ran dan Mitsuya sekarang kenakan baju yang senada; Ran dengan kaos biru langit dengan kemeja putih berlengan panjang sebagai outer, dipadu dengan celana krem pendek serta kacamata hitam yang bertengger di jembatan hidungnya. Sementara Mitsuya gunakan kemeja biru langit berlengan pendek, dipadu dengan celana putih pendek dan topi boater berwarna krem. Orang-orang yang melihat mereka sekilas juga tahu kalau mereka baru menikah, apalagi feromon sang alpha sepenuh baluti omeganya dengan posesif.

“Mau kemana aja hari ini?” tanya Ran sambil membuka ponselnya untuk mencari destinasi kunjungan wisata mereka.

“Mm… Pertama ke Museum Thera,” Ran mengangguk, mulai menghubungi rental car yang sudah ia pesan untuk seminggu di sini. “Terus ke Amoudi Bay? Tinggal jalan kan, kalo dari hotel kita?”

“Iya. Ya udah, ayo ke mobil. Jarak sini ke museumnya sekitar 20 menitan, semoga gak macet,” ujar Ran, mengantar keduanya ke depan mobil Porsche merah tanpa atap. Sekarang Mitsuya hanya bisa memandang pria itu datar.

Sewa mobil, oke. Tapi menyewa a whole Porsche untuk seminggu?! Maaf, Mitsuya butuh waktu untuk terbiasa dengan gaya hidup Ran yang glamor ini.

Ran berjalan ke kursi penumpang, membukakan pintunya untuk Mitsuya, mempersilahkan, “boleh naik, Pangeranku.”

Mitsuya mencibir, duduk di kursi penumpang sedangkan Ran malah langsung lompat ke kursi pemudi. Mitsuya melotot, pukul bahu Ran dengan kencang sebelum mengomel.

“Kamu, tuh! Ini mobil orang, tau! Jangan sembrono! Nanti kalo rusak, kita yang gantiin!”

Begitu tiba di museum, mereka berdua hanya berkeliling, saling mengambil foto sama lain, kemudian Ran sesekali sok-sok menginterpretasikan benda-benda pra-sejarah yang dipamerkan di sana. Sebenarnya mereka berdua tidak begitu minat dengan museum atau hal-hal berbau sejarah, namun satu minggu di Santorini akan sia-sia kalau hanya dihabiskan di dalam kamar saja.

Itu menurut Mitsuya. Kalau Ran, sih, justru berharap bulan madu mereka di Bali atau Lombok saja, yang setidaknya familiar dengan Mitsuya agar omeganya itu tidak penasaran dan minta jelajahi kota sehingga mereka bisa di kamar berduaan saja—bercinta sepanjang hari di depan pemandangan laut.

Tapi Ran bisa dipukuli kalau Mitsuya tahu rencana ini.

Sepulang dari museum, mereka ke Pelabuhan Amoudi. Lagi-lagi hanya untuk berfoto ria di tiap sudut, menyegarkan mata dengan pemandangan lautan lepas yang tidak akan bisa mereka temui di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan.

Menjelang sore, mereka menikmati matahari terbenam di Oia, ditemani sampanye dan camilan ringan di balkon kamar mereka. Biru cerah yang kemudian dipendari oleh hangatnya sinar matahari membuat Santorini begitu indah. Mitsuya bahagia, lebih-lebih ketika ia dapat menikmati pemandangan ini bersama orang yang ia cintai.

“Malem ini kemana, sayang?”

“Jalan-jalan sekitar sini aja. Besok kita lanjut ke Domaine Sigalas?” tanya Mitsuya sambil mengecek ponselnya.

“Oh, kebun anggur itu gak, sih? Boleh,” ujar Ran yang tak lama kemudian tersenyum penuh arti. “Berarti free time sampe dinner, ‘kan?”

Mitsuya mengangguk, mulai merasa tidak enak.

“Yuk, quickie aja?”

Malam itu Ran keluar kamar dengan sumringah, sementara Mitsuya keluar kamar dengan pinggang sakit dan bekas ciuman di lehernya. Mereka berencana makan malam di restoran hotel karena pemandangan dari hotel mereka sudah sangat bagus.

Tapi siapa sangka ketika mereka hendak santap makanan mereka di pinggir kolam renang hotel, yang Ran dan Mitsuya temui adalah…

“Hanma?”

“Kazu?”

Sedangkan yang namanya dipanggil justru belum sadar, asyik bercumbu di kolam renang tanpa punya rasa malu. Pada akhirnya, Ran hampiri keduanya, tendang bahu Hanma yang membuat alpha itu mengumpat.

What the fuck, bro? Are yo—WOY MY BROTHER!”

Dua sejoli itu pada akhirnya keluar dari kolam, balut tubuh mereka dengan handuk sebelum mengajak Ran dan Mitsuya untuk bergabung dengan meja mereka.

“Lo ngapain, anjing, di sini?” tanya Ran keheranan.

“Ye, masa yang bulan madu elu doang!” balas Hanma sambil memeluk bahu Kazutora. “Sayang, ini, minum dulu.”

Mitsuya pandangi keduanya secara seksama; ternyata Hanma sepertinya sangat serius dengan Kazutora. Tapi ia ingat kalau Hanma itu sudah ditunangkan dengan omega lain. Mitsuya seketika merasa iba. Padahal sudah saling suka, tapi ada saja penghalang di antara mereka.

Ran sedang berbincang dengan Hanma sambil merokok ketika Kazutora berceletuk sambil menunjuk ke lehernya sendiri, “eh? Enak jatahnya?”

Mitsuya langsung tersipu malu, buru-buru mengangkat kerah kemejanya.

“Gak bawa concealer,” tukas Mitsuya.

“Nanti gue pinjemin,” tawar Kazutora. “Btw, gimana rasanya jadi newlywed? Dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak, ya?”

Pada akhirnya mereka berdua saling berbincang, bertukar cerita sambil sisipkan candaan di sini dan di sana. Hanma dan Kazutora sangat cocok kalau menurut Mitsuya. Keduanya kompatibel tidak cukup di visual saja, tapi selera humor mereka. Hanma juga terlihat sangat menyukai Kazutora, dilihat dari bagaimana pria itu lengketkan matanya hanya pada Kazutora ketika laki-laki itu sedang bicara. Sementara Kazutora juga sangat memperhatikan makanan Hanma, mengingatkan beberapa makanan yang tidak bisa dimakan oleh alpha itu karena alergi.

“Yok, besok gabung gue sama Kazu aja keliling Santorini!” ajak Hanma, namun Ran dengan cepat menolak.

“Ogah! Gue mau honeymoon, bukan study tour!”

Kazutora juga menolak dengan senyum kecut terukir di wajahnya. “Aku juga gak mau, sih, Kak. Lagian mereka lagi honeymoon, ngapain kita gangguin.”

Akhirnya mereka berpisah di lift karena kamar mereka berada di lantai yang berbeda. Sepanjang jalan menuju kamar mereka, Mitsuya merasa ada sesuatu yang janggal.

Kazutora dan Ran… Mereka saling kenal? Tidak tahu mengapa, tapi suasana di antara mereka begitu canggung. Ran dan Kazutora cenderung saling menghindari kontak mata dengan satu sama lain, tidak pernah saling mengobrol seperti Hanma dan dirinya. Sekalinya saling bersahutan, maka keduanya akan bicara dengan kaku. Gelagatnya begitu aneh, seolah-olah keduanya punya masa lalu bersama.

Tapi tidak mungkin, ‘kan? Toh Ran sendiri bilang dia tidak kenal Kazutora, sebatas tahu kalau laki-laki itu adalah stylist AKUMA dan kekasih dari sahabatnya. Tidak mungkin juga Ran berbohong padanya waktu itu.

Maka dari itu Mitsuya memilih untuk tidak bertanya apa-apa, tidak ingin mengganggu masa bulan madu mereka.

“Ran,” panggil Mitsuya.

“Hm?”

Mitsuya hendak berkata sesuatu ketika tubuhnya ditarik, kemudian dibaringkan ke atas ranjang. Tanpa menunggu respon lanjut dari Mitsuya, Ran langsung menyambar bibir omeganya. Dilumat dengan penuh gairah, sementara tangan Ran perlahan turun ke bawah, raba paha Mitsuya sebelum mencengkramnya dengan keras. Mitsuya yang terkejut sekaligus terangsang tiba-tiba loloskan desah, membuat Ran semakin terpicu untuk mencumbu Mitsuya.

Cumbuan itu turun ke bawah, lidahnya menyapu dagu, lalu leher, beri penanda sekali lagi. Puas dengan area itu, tangannya dengan cekatan melepas kancing kemeja Mitsuya satu per satu. Kini bibirnya pun fokus menjilat dan menyesap puting Mitsuya sampai omega itu liuk-liukkan badannya karena keenakan.

Tangan Mitsuya tidak hanya diam, kini ia juga membantu Ran melepas kaosnya. Jemarinya ia gunakan untuk meraba dada Ran, menyusuri tato itu dengan perlahan sebelum tangannya meneluk tubuh Ran, refleks mencakar punggung Ran ketika tangan pria itu tiba di bagian selatannya.

“Ah, Ran…”

Fuck, sayang, kamu udah basah,” bisik Ran.

Terbawa suasana, Mitsuya ikut arahkan tangannya pas ereksi yang menggembung di balik celana Ran. Ia buka resleting celana pria itu, kemudian elus batangan milik alpha tersebut sampai ia bisa mendengar erangan lolos dari bibir suaminya.

“Ran, langsung aja… Udah basah…”

“Bentar, kondomnya mana?”

Setelah menemukan kondom dari kamar mandi, barulah mereka lanjutkan kegiatan bercinta mereka. Mitsuya sedikit terkekeh geli.

“Ran, aku tadi udah mood banget, loh. Jadi ketawa gara-gara bingung cari kondom dulu,” tukas Mitsuya.

Sorry, habisnya kondom jauh banget di kamar mandi. Btw, ini ukurannya salah deh kayaknya? Lebih kecil, tititku kayak kejepit kalo pake ini…”

Tawa Mitsuya semakin lantang ketika melihat Ran berusaha memasangkan kondom namun kesusahan.

“Pake yang tadi aja, sih? Yang buat quickie?”

Ran merengut. “Cuma bawa satu, itu aja sisa di saku celanaku.”

“Terus solusinya apa?”

Kerucutkan bibirnya, Ran jentikkan jari.

“Aku minta Hanma?”

Sekarang Mitsuya tidak nafsu bercinta lagi karena kekonyolan Ran. Dia terbayang bagaimana Ran mengetuk pintu kamar Hanma dan Kazutora hanya untuk meminta kondom. Astaga, kenapa suaminya ini sangat menggemaskan?

“Jangan ketawa, dong, aku masih sange ini…”

Mitsuya rebut kotak kondom itu dari tangan Ran sebelum mengeluarkan satu bungkus. Selanjutnya, Mitsuya dorong tubuh alphanya itu agar terbaring di ranjang, membuat Ran menaikkan alisnya sebelah. Omega itu naik ke atas Ran, buka bungkus kondom dengan mulutnya, lalu menyeringai lebar.

“Sayang, gimana kalo malem ini aku aja yang pake, hm?”

Mungkin, Ran akan kehilangan keperawanan lubangnya di malam bulan madunya ini.

No responses yet